Selasa, 22 April 2014



PENCABUTAN FATWA SESAT MUI TERHADAP PENGAJIAN TASHAWWUF BABUR RIDHO RAHMATULLAH AHLI THARIQAT NAQSYA BANDI JABAL HINDI

surat penjelasan pencabutan fatwa


Fatwa MUI tentang Malaikat Jibril mendampingi manusia NO. Kep/ 768/ MUI/ XII/ 1997. (Point-point fatwa MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 )

Jawab Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :

Fatwa MUI tersebut sangat lucu sekali, dan sangat aneh, serta sangat bertentangan dengan firman Allah itu sendiri: “ Apakah Malaikat Jibril turun sangat bergantung kepada MUI (NO. Kep/768/MUI/XII/ 1997), kalau ini kita pegang serta kita yakini, berarti umat Islam khususnya di Indonesia ini menyetujuinya baik secara sadar ataupun tidak sadar, baik yang mempunyai pengetahuan ataupun tidak mempunyai Ilmu pengetahuan ataupun percaya dan yakin sepenuhnya kepada MUI, maka jelas secara tidak langsung kitapun mengakui bahwasanya :
Kekuasaan Allah yang Maha Tinggi itu kini telah beralih di bawah fatwa MUI dengan nomor: Kep/ 768 / MUI / XII / 1997.” Bukankah pengertiannya seperti itu ….?

Dan Firman Allah SWT juga yang artinya :
Sesungguhnya kami telah menurunkannya ( Al-Qur’an) pada lailatul qadar. Dan taukah engkau apakah lailatu qadar itu?. Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan. Malaikat dan Ruh (Jibril) turun padanya dengan izin Tuhannya membawa segala perintah.”
( Q.S Al Qadr (97)1-4)

Maksud ayat diatas : Bukankah dalil ini cukup kuat untuk menyatakan bahwa Malaikat Jibril masih tetap turun

Hadist Nabi SAW yang artinya:
Imam Bukhari dan Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Jibril.
Apa yang menghalangimu untuk berkunjung kepada kami lebih sering dari kunjunganmu selama ini.
Ibnu Abbas berkata, kemudian turunlah ayat :
Dan tidaklah kami (jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah
apa-apa yang ada dihadapan kita, apa-apa yang ada dibelakang kita, dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”.
(Q.S-19 Surat Mariam ayat 64).


Dan banyak lagi Firman Allah tentang turunnya Malaikat Jibril kepada siapa yang hendak ditunjuki-Nya. MUI bukanlah yang dapat menentukan atau bisa memutuskan apalagi beranggapan dan meyakini bahwasannya MALAIKAT JIBRIL tidak turun lagi setelah Nabi Muhammad SAW. Memang Malaikat Jibril tidak turun lagi untuk menambah Nabi, karena khataman Nabi adalah junjungan Nabi Muhammad SAW, namun perlu diingat…!! dan dicamkan baik-baik bahwa setelah Nabi Muhammad SAW tetap ada seorang atau siapapun yang di kehendaki Allah untuk meneruskan risalah Nabi yang disebut dengan sebutan Al – Mahdi sebagai penyempurna rasa ” KATAUHIDAN HATI INI HANYA TERTUJU KEPADA ALLAH SEMATA “ dengan catatan Al-Mahdi tidak menambah maupun mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan Nabi Muhammad SAW. Adapun firman Allah dan Hadits-Hadits Nabi itu antara lain :

Firman Allah SWT yang artinya :
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan
perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya , yaitu:
Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku ”
(Q.S An Nahl ayat 2 )


Amirul Mukminin Ali bin Thalib as berkata :
Akubertanya kepada Nabi SAW :” Apakah al-Mahdi berasal dari kalangan keluarga kita sendiri ataukah dari yang lainnya…?” Beliau menjawab :” Dia berasal dari kalangan kita. Allah akan menyempurnakan agama-Nya melalui dia, sebagaimana Dia mengawali agama dengan kita. Melalui kitalah, manusia akan mendapatkan keselamatan dari fitnah. Melalui kita pula, mereka selamat dari kemusyrikkan. Malah, melalui kitalah Allah akan menyatukan hati-hati mereka dalam ikatan persaudaraan menyusul pertikaian yang tersebar karena fitnah, sebagaimana mereka dipersaudarakan dalam agama mereka
setelah pertikaian yang berkembang karena kemusyrikkan. “


Abu sa’id al-Khudri, sahabat dekat Nabi SAW berucap :
Aku mendengar perkataan Nabi dari mimbar :” AL-Mahdi berasal dari keturunanku, keluargaku, akan bangkit menjelang Hari kiamat ketika langit mencurahkan hujan dan bumi menumbuhkan rerumputan hijau baginya. Dia akan mengisi dunia dengan KEADILAN DAN PERSAMAAN, SEBAGAIMANA IA DIPENUHI DENGAN TIRANI DAN KEZALIMAN SEBELUMNYA.”


Dalam hadis lain dari Ummu Salamah, istri Nabi, ada keterangan yang lebih spesifik yang diberikan kepada umat. Nabi SAW mengatakan :” Al- Mahdi berasal dari keluargaku, dari anak-anak fathimah.”
Pada kesempatan lain, Nabi SAW mengatakan :
AL- Qa’im berasal dari keturunanku. Namanya sama dengan namaku, julukanya sama dengan julukanku. Ciri-cirinya sama dengan ciri-ciriku. Dia akan mengajak manusia kepada sunnahku dan kitab Allah. Barang siapa menaatinya berarti menaatiku, dan sebaliknya, mereka yang berpaling darinya berarti berpaling dariku. Barang siapa yang menolak keberadaanya selama kegaibannya berarti menolakku, dan barang siapa yang mendustakannya berarti mendustai aku. Barang siapa membenarkan eksistensinya berarti membenarkan keberadaanku. Kalau mereka diminta untuk memalsukan apa-apa yang telah kukatakan tentang Al- Mahdi dan dengan demikian menyesatkan umatku, aku akan mengadukan mereka kepada Allah.”


Dan Hadits lain diriwayatkan oleh Abu Al-Hujaf yang mengutip pernyataan Nabi SAW sebannyak tiga kali :
Dengarkanlah kabar gembira tentang Al-Mahdi…! Dia akan bangkit pada saat manusia dihadapkan dengan konflik keras dan dunia akan digoncang dengan getaran keras. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan dan persamaan sebagaimana dia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani. Dia akan memenuhi hati para pengikutnya dengan ketaatan dan akan menyebarkan
keadilan dimana-mana “.

Nabi SAW bersabda :
Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai Al-Qa’im Al-Haq muncul. Ini akan terjadi
ketika Allah mengijinkannya untuk bangkit. Barang siapa yang mengikutinya akan selamat, dan barang siapa yang menentangnya akan binasa. Wahai hamba-hamba Allah, ingatlah Allah dalam pikiran kalian
dan larilah kepadanya ( AL- Mahdi ) meskipun itu terjadi diatas Es, karena sesungguhnya dia adalah Khalifah Allah Azza wa jalla dan penggantiku.”



2 : IMAM MAHDI PENERUS KEPEMIMPINAN ILAHI karangan Ibrahim Amini pengantar Prof. Abdulaziz A.Sachedina, Ph.D penerbit Al- Huda cetakan ke II hal 5-6



Bukanlah hasil MUNAS atau Fatwa MUI tentang Malaikat Jibril Mendampingi manusia yang memutuskan bahwasannya Malaikat Jibril turun atau tidaknya, tetapi Allahlah yang memutuskan atau yang memerintahkannya. Oleh karena itu merekalah (MUI) yang bertentangan dengan Al-Qur’an itu sendiri, dan justru merekalah yang sesungguhnya mengingkari Firman-Firman Allah, dan merekalah orang-orang yang tidak yakin kepada Allah secara hakikat kebenaran, mereka yakin kepada Allah hanya sebatas di akal mereka, atau sebatas pengetahuan yang mereka dapati/ pelajari. Oh….!!! alangkah buruknya prasangka mereka itu. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, bukan maksud saya untuk mengecilkan dan mendiskriditkan (menyudutkan) saudara-saudaraku, tetapi ini adalah sesuatu yang wajib saya sampaikan walaupun terasa pahit.

Firman Allah SWT yang artinya :
Barang siapa yang berpaling dari padanya (Al Qur’an), maka sesungguhnya di hari
kiamat dia memikul dosa “
( Q.S Thaahaa (20) 100 ).

Mereka yakin kepada Allah hanya di BIBIR SAJA tidak sampai kedalam HATINYA. Apakah MUI sebagai malaikat atau Tuhan yang dapat mengatur MALAIKAT JIBRIL turun kepada hamba pilihan-Nya……? Sungguh sangat zalimlah dan iri hatilah orang-orang seperti ini. Menganggap dirinya lebih baik, lebih pintar, lebih merasa punya ilmu dan berlagak suci di hadapan manusia lainnya, tetapi dimata Allah sesungguhnya mereka telah mengingkari Al-Qur’an itu sendiri, karena hati mereka keras amat nyata.
Sesungguhnya perkataan Allah itu sangat terasa di hati orang-orang yang meyakininya, bahwa Karunia dan Hidayah Allah dapat saja di berikan-Nya kepada siapa saja yang hendak di tunjuki-Nya. Namun karena mereka buruk sangka, iri dan dengki, sehingga mereka mendustakan dan mengingkari atas kebenaran itu. Kembalilah bertaubat kepada Allah dengan jalan mengkhususkan untuk membersihkan diri khususnya HATI INI (QOLBUN SALIM), karena AL-QUR’AN ITU SESUNGGUHNYA ADALAH RUH YANG SUCI, yang kelak akan menghadap/ datang kepada Allah. Jadi, bersih dan sucikanlah hatimu masing-masing dengan sebenar-benar bersih dan suci dan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah semata (Tauhidkanlah hatimu kepada Allah saja). Dan pasrahkanlah diri dan jiwamu yang bersih dan suci itu hanya berharap menunggu Ridho Allah. BUKAN AMALMU, BUKAN IBADAHMU, BUKAN KEJUHUDANMU, BUKAN KEWARA’ANMU, BUKAN ‘ALIMMU, BUKAN TA’ATMU, BUKAN ILMUMU YANG KEMBALI KEHADAPAN ALLAH SWT. Semua itu adalah cara untuk mengetahui atau sebagai alat untuk mengantarkanmu kepangkuan atau kehadirat ALLAHU RABBI. tetapi Allah hanya menginginkan HATIMU ATAU RUHMU yang bersih dan suci fitrah seperti awalnya Ruh itu di tiupkan ke dalam janin anak cucu Adam, maka haruslah Ruh itu di kembalikan atau di pulangkan atau di hadapkan kembali pada Allah kepada fitrahnya semula (yang selalu berhadapan dengan Allah/ berdampingan dengan Allah/ akrab dengan Allah/ intim dengan Allah/ menyaksikan Allah/ berma’rifat kepada Allah/ bermussyahadah kepada Allah), itulah agama yang lurus.
Seperti Firman Allah yang artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kapada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(Q.S. Ar-rum ayat 30).

Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, karena tidak mau menuntut ilmunya secara pas, tepat dan benar di dalam cara/ metode untuk membersihkan hati atau jiwa yang telah tercemar oleh hawa nafsu dunianya setan, jadi kalau Allah sudah mengatakan kebanyakan manusia tidak mengetahui, maka carilah jalan atau bersegeralah untuk menuntut ilmunya, janganlah kita termasuk orang-orang yang tidak mengetahui, karena orang-orang yang tidak mengetahui pasti jauh berbeda dengan orang yang mengetahui.



a. Semua agama itu baik dan sorga itu adalah milik Allah Swt, sehingga semua orang tanpa memandang agamanya dapat masuk kedalam sorga.

Jawab Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :

Pernyataan di atas itu adalah memang benar sesuai dengan Al-Qur’an seperti Firman Allah SWT yang berbunyi:

Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugi orang-orang yang mengotorinya”.
(Q.S Asy-Syam 9-10)

Penekanan orang-orang di dalam firman Allah ini adalah kepada orang-orang, bukan untuk kaum muslimin atau yang beragama Islam saja, tetapi jatuh kepada masing-masing individu. Sebab Al-Qur’an di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah untuk semua orang/ untuk semua umat manusia (Hudallinnas). Dan menurut pemahaman tasawuf Al-Qur’an itu adalah Ruh yang suci yang penuh dengan Hikmah, Al-Qur’an itu ada di dalam dada manusia itu masing-masing seperti Firman Allah:

Allah menjelaskan didalam Al-Qur’an yang artinya :
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu RUH ( Al-Qur’an ) dengan perintah Kami. Engkau (sebelumnya ) tidak mengerti apa kitab dan apa iman : tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu CAHAYA, yang dengannya Kami memberi petunjuk orang-orang yang kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau menunjuki kepada jalan yang lurus
( Q.S.Asy-Syuura ayat 52).

Firman Allah lagi yang artinya:
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (didadamu) dan membacakannya. Apabila Kami selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya”
(Q.S. Al-Qiyaamah ayat 17.18 ).

Dan Firman Allah lagi yang artinya:
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
(Q.S Al-ankabuut ayat 49).

Jelas firman-firman Allah di atas tekanannya kepada orang-orang yang di beri oleh Allah ilmu atau cahaya yang di masukkan Allah ke dalam hati orang-orang yang mau atau yang telah di bersihkan Allah hatinya dari segala penyakit-penyakit hati, sehingga dengan kebersihan dan kesucian hati itu turunlah ilmu kepadanya

Jadi, tentang masalah cara beramal ibadahnya, Allah sudah memberikan cara beramal ibadah menurut keyakinan agamanya masing-masing, Seperti yang tertuang di dalam firman Allah SWT
Q.S Al Maa’idah (5):48, Q.S Al Baqarah (2):148, Q.S Al An’am (6):108 dan Q.S Al Kafiruun (109):6.

Yang menjadi permasalahan, kenapa kita tidak berlapang dada…? Kenapa tidak ikhlas….? Kalau kita berlapang dada berarti kita ikhlas, kalau ikhlas berarti tidak ada kebencian kepada agama lain, tidak ada buruk sangka kepada agama lain, tidak ada su’uzhon, iri, dengki, khianat, sombong, takabur, ria, ujub, bakhil, sum’ah. Jadi kalau agama lain masuk surga, biarlah itu urusan Allah, surga itukan milik Allah, apa keberatannya dengan kita kalau orang lain/oknum agama lain masuk surga…?? Rugikah kita kalau orang lain/oknum agama lain masuk surga…?? Bencikah kita…?? Amarahkah kita…?? Tidak sukakah kita…?? Bukankah ini semua penyakit hati…?? Bukankah ini berarti bukan Islam sebenarnya yang di maksud oleh Allah…?? bukankah Islam itu harus berlapang dada...??? Kenapa kita tidak berlapang dada…???, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az Zumar 22.

Jelaslah beberapa firman-firman Allah di atas, tekanan ini ditujukan kepada orang-orang untuk membersihkan hatinya masing-masing, jadi jangan urus orang lain apalagi mengurus agama lain. Biarlah syari’at agama yang diyakininya untuk menuju kepada Tuhannya atau mencapai surga Tuhannya itu berjalan sesuai dengan syari’atnya masing-masing dengan warna-warni, corak ragam keindahan untuk menuju kepada Tuhannya, bukankah ini suatu batu ujian bagi kita…?? agar kita dapat ikhlas dan berlapang dada terhadap keyakinan saudara-saudara kita.



Seperti firman Allah SWT yang artinya :
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan-aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat saja, TETAPI ALLAH HENDAK MENGUJI KAMU terhadap pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu “.
( Q.S. Al-Maidah: Ayat 48 )

Bukankah kitab suci yang lain juga benar di sisi Allah SWT ??, manusia itu sendirilah yang membuat perbedaan dan perselisihan yang tajam ( seperti firman Allah SWT Q.S Al Ambiya’ (21) : 92-93), yang mana sebenarnya kitab-kitab suci yang lain itu hanyalah sebagai batu ujian saja. Artinya janganlah menganggap kitab suci kita sajalah yang paling benar, atau janganlah menganggap diri/hati kita saja yang paling benar, hati/diri orang lainpun juga dapat benar, karena kitab suci itu kan sudah di tegaskan di dalam Al Qur’an ( Q.S Al-ankabuut ayat 49), bahwa Al Qur’an itu ada di dalam dada kita masing-masing. Serta Allah SWT telah mempertegas lagi di dalam Al –Qur’an untuk tidak mencampuri agama lain ( Q.S Al-An’aam 108 )

Bukankah kita semua anak cucu Adam di perintahkan Allah hanya untuk berlomba-lomba di dalam mengerjakan kebaikan dengan rasa tulus dan ikhlas sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing pula ? Seperti yang tertuang di dalam firman Allah SWT Q.S Al Baqarah (2) 62 dan Q.S Al Kaafirun (109)


Pandangan dan keyakinan Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan bahwasanya “Semua agama mempunyai keyakinan untuk masuk surga dan neraka itu pasti adanya, dan setiap penganut agama apapun pastilah menyuruh, memerintahkan pengikut-pengikutnya untuk berbuat baik mengerjakan perintah-perintah yang di perintahkan oleh Tuhannya dan meninggalkan semua larangan-Nya melalui kitab sucinya masing-masing yang pada dasarnya perintah-perintah itu pada intinya pelaksanaan syari’at dan aturan-aturan yang di laksanakan, namun tujuan akhir yang di capai adalah mengikhlaskan hati atau mentauhidkan dan mengEsakan Dzatnya di dalam hati ini “.

Keyakinan Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan tidak memandang secara sempit dan mengkotakkan secara tekstual di dalam menjalankan keyakinan beragama, dan tidak mau membedakan dari sudut pandang orang, golongan orang, kelompok orang, agama orang, tetapi Tuan Guru lebih mengarah atau menjurus dan menfokuskan serta menitik beratkan kepada masing-masing individu dari penganut yang menjalankan keyakinan beragama itu sendiri. Itulah titik pembahasan yang di tekankan DEMI TERCIPTANYA KERUKUNAN, KEBERSAMAAN, KETENTRAMAN, KEINTIMAN, KEMESRAAN DAN KEDAMAIAN ANTAR UMAT BERAGAMA, SEHINGGA KEHIDUPAN ANTAR INDIVIDU, ANTAR MASYARAKAT, ANTAR NEGARA TERCIPTA KEADAAN YANG KONDUSIF, SERTA HIDUP PENUH DENGAN KETENTRAMAN DI BUMI PERTIWI YANG KITA CINTAI INI.
Jelasnya kita sama-sama mengetahui bahwa, siapapun yang hidup di dunia ini, suka atau tidak suka, terpaksa atau tidak, berat atau ringan, lapang atau sempit, mau atau tidak mau, mengakui atau tidak mengakui bahwasanya surga itu adalah mutlak milik Allah semata-mata, bukan milik perorangan, golongan, kelompok, majelis-majelis ibadah dan bangsa maupun dari suatu agama itu sendiri, karena diri kita sendiripun belum tentu masuk ke surga Allah, Betul bukan….???. Jadi kalau surga itu sudah mutlak milik Allah, mengapa mesti kita ributkan….?? mesti kita perdebatkan, dan kita pertengkarkan…??, mengapa kita persoalkan…?? Apalagi sampai menimbulkan permusuhan, saling dendam, saling hujat, saling menyakiti, saling fitnah, bahkan sampai menimbulkan pengerusakan-pengerusakan, pembunuhan. Bukankah pekerjaan yang seperti ini jelas-jelas dan terang sangat merugikan diri pribadi dan membuang-buang energi yang sangat dapat merugikan dan dapat merusak arti kerukunan, ketentraman, kedamaiaan dan kebahagiaan itu sendiri serta dapat merusak secara total tatanan sosial kemasyarakatan dan dapat mengganggu stabilitas Nasional, ataukah karena belum kita temukan ilmu yang dapat menuntun hati kita secara tepat, pas dan benar di dalam kehendak atau dalam pandangan Allah SWT, sehingga yang kesemuanya itu sangatlah bertentangan dengan orang-orang yang menjalankan keyakinan dari agama yang di yakininya. JADI TEGASNYA SURGA ITU BUKAN MILIK AGAMA ISLAM SAJA, BUKAN MILIK AGAMA KRISTEN SAJA, BUKAN MILIK AGAMA BUDHA SAJA, BUKAN MILIK AGAMA HINDU SAJA. TETAPI ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN BAHWA DIRINYA BISA MENUJU KE SURGA ALLAH. BUKANKAH KEYAKINAN ITU MUTLAK MILIK PRIBADI KITA MASING-MASING KEPADA TUHAN YANG MENCIPTAKAN DIRI KITA…..???. Keyakinan (Aqidah) adalah berupa hubungan vertikal antara individu dengan Tuhannya, sedangkan secara horizontal hubungan individu dengan makhluk sesamanya ialah dengan saling menjaga, hormat-menghormati, kasih mengasihi, sayang menyayangi, dan saling cinta-mencintai antar satu dengan yang lain. BUKANKAH INI SUATU KEDAMAIAN, KEADILAN, SEJAHTERA, KEBAHAGIAN LAHIR DAN BATIN, YANG INGIN KITA WUJUDKAN SECARA TERBUKA DAN TERANG-TERANGAN. Karena memang zamannya sekarang ini harus di sesuaikan dengan Al-qur’an itu sendiri, yaitu mengikuti perkembangan zaman (harus di sesuaikan dengan zamannya). Bukan berarti Al-qur’an yang tersurat yang terdiri dari 6666 Ayat, 114 Surat dan 30 Juz tersebut, tetapi Al-qur’an yang di maksud mengikuti zaman itu adalah dimana setiap hati anak cucu Adam yang masih hidup di dunia ini haruslah dapat melapangkan dadanya masing-masing dengan cara hanya membersihkan dan mensucikan jiwa ini untuk selalu mentauhidkan Tuhannya dengan cara dan keyakinan di dalam menjalankan syari’at kepercayaannya masing-masing pula, seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an ( Q.S Al Kafiruun : 6)

Kalau mau kita tanya kepada diri kita sendiri, apakah kita tahu kalau kita masuk surga….?? apakah kita berani mengatakan kita orang beriman..?? kalau Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan selalu mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa dirinya masih mau beriman di dalam pandangan Allah SWT. Karena melihat Firman Allah Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 214 yang berbunyi :


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat “.
( Q.S Al Baqarah ayat 214 )


Sungguh ironis sekali bukan…??? Kenapa kita katakan bahwasannya orang lain akan masuk ke dalam neraka. Sekali lagi harus kita sadari, kita fahami dan kita hayati bahwa urusan surga dan neraka itu adalah mutlak urusan Tuhan, bukan urusan MUI dan MUI bukanlah sebagai Tuhan, dan barang Siapa dirinya mengaku Tuhan di dunia ini, jelas dirinya adalah RAJA FIR’AUN yang NYATA di zaman sekarang ini, dialah sesungguhnya DAJJAL YANG AMAT NYATA. kita ini bukanlah Tuhan, tetapi kita tidak dapat terlepas dari Tuhan. Sadarilah wahai umat manusia yang ada di dunia ini, khususnya umat yang mengaku beragama di negara Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai, SEBAGAI ANAK-ANAK BANGSA YANG BERAGAMA KEPADA TUHANNYA SESUAI DENGAN DASAR FALSAFAH BANGSA KITA, YAITU PANCASILA ATAS LIMA DASAR.


b. Pertemuan Beliau Dengan Malaikat Jibril Selalu Mendampinginya Dan Memberikan Bimbingan (Bisikan Kepadanya). (Point-point fatwa MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-S/ VI/ 2006 )

Jawab Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :

Di sini Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan akan menjelaskan dan menerangkan dengan sebenarnya, bahwa Fatwa MUI nomor. 22/ Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 pada Prihal Memperhatikan : Point 6 (b) yang isinya “ pertemuan beliau dengan Malaikat Jibril selalu mendampinginya dan memberikan bimbingan (bisikan kepadanya) “ dan pada Point (c) “ setiap kali pada dirinya ada hal-hal yang tidak baik ataupun kesalahan yang dilakukannya Malaikat Jibril selalu mengingatkannya “ adalah suatu hal yang tidak sesuai dengan keterangan yang di berikan Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan pada saat di undang oleh MUI pada tanggal 23 Mei 2006, dan saya penuhi undangan itu dengan hati yang lapang dan tidak berprasangka buruk kepada oknum-oknum yang duduk di MUI. Untuk bersilahtuhrahmi dalam rangka memberikan keterangan yang baik, benar, jujur dan apa adanya. Ketika sampai pada pertanyaan bahwasanya MUI menanyakan kepada diri saya, Apakah saudara pernah di datangi Malaikat Jibril pada saat beribadah ? “. Itulah salah satu pertanyaan yang dilontarkan kepada diri saya. Dan secara spontan saya menjawab tanpa prasangka buruk terhadap apa yang akan saya kemukakan. sayapun menjawab Ya, pernah karena itu adalah pengalaman pribadi diri saya sewaktu masih menjadi murid di Pengajian Babur Ridho Ahli Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi. dan untuk selanjutnya bimbingan-bimbingan ghaib itu tidak pernah saya katakan bahwasannya Malaikat Jibril terus membimbing dan mengajari saya, yang saya tahu dan saya rasakan, jika sesuatu keghaiban yang saya rasakan yang di perintahkannya, ditunjukinya, yang di bimbingnya, dan yang di arahkannya walaupun terkadang bimbingan itu terasa sangat menyakitkan atau seperti berupa paksaaan, selalu keluar dari ucapan mulut saya yang saya sadari dengan ucapan “ IYA YA ALLAH…” dan ucapan “ ALLAH !! “ serta berucap “AMIN… AMIN… AMIN…” dan ucapan HAMDULILLAH.. ALHAMDULILLAH.. ALHAMDULILLAH..” dan sayapun bergerak menuruti perintahnya, seperti contohnya : “ ambil wudhu dan di perintahkannya beramal “. Begitulah hampir-hampir disetiap saat dan waktu, dan saya hanya merasakan hanya berdialog kepada Allah saja. Karena sebaik-baik teman bukankah hanya Allah saja…? Yang selalu setiap saat, setiap detik, dan disetiap hembusan nafas ini selalu beserta dengan-Nya…? Jadi sekali lagi saya menegaskan dan menekankan bukanlah Malaikat Jibril yang hendak dituju atau yang hendak dimaksud bagi pengamal Thariqat menuju Tasawuf yang murni hanya Allah saja yang hendak dituju atau yang hendak dimaksud sesuai dengan ijab kabulnya orang-orang Ahli Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi khususnya pada waktu beramal ibadah dengan ucapan “ ILLAHI ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBHI “ jika ada orang-orang yang Menggantungi Malaikat Jibril atau orang-orang yang membangga-banggakan Malaikat Jibril terhadap dirinya, maka jelas ia telah tersesat sejauh-jauhnya, karena Allah sudah berfirman :“ jangan menggantungi selain diri-Ku “, dan jangan menggantungi kebesaran-Ku ( Malaikat Jibril itu ) dan jangan mencari sekutu selain Aku, tetapi gantungilah hanya Aku saja di dalam hatimu “ seperti tertuang di dalam firman allah SWT( Q.S Al ikhlas 1-4).

Bagi siapa saja yang menggantungi selain Allah, jelas sekali lagi ia adalah orang yang sesat sejauh-jauhnya. Menurut Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan Al Qur’an (Ayat-Ayat Allah), Nabi Muhammad SAW, dan apapun itu namanya tidak boleh dan haram hukumnya bila di gantungi atau dapat menjadi Syirik Khofi (Syirik yang halus), ini yang selalu menyertai setiap anak cucu Adam khususnya pemeluk agama Islam, disadari atau tanpa disadari dalam setiap aktifitas ibadah dan pekerjaan apapun yang kita lakukan, syirik khofi ini (syirik yang halus ini) selalu teramat nyata ada beserta di dalam hati kita, sehingga bila tidak di pelajari atau di cari ilmunya maka besar kemungkinan kita akan selalu dan bahkan setiap saat bermaksiat kepada Allah ( menduakan Allah ) bahkan lebih banyak dari sebutan dua di dalam hati kita (hati kita selalu mengingat yang lain), bukankah perbuatan syirik ini yang tidak dapat di ampunkan oleh Allah…??? Marilah kejar dan tuntut ilmu-Nya untuk dapat mengKhusu’kan/ mengIstiqomahkan/ menTauhidkan hanya Allah saja di dalam hati kita masing-masing secara tepat, pas dan benar di dalam pandangan Allah.

Mengapa MUI Propinsi Sumatera Utara terkesan seolah-olah menanggapi atas keterangan yang saya sampaikan di samakan dengan Lia Aminuddin (Lia Eden)…?? Tentang Malaika Jibril yang telah menyalahi Syari’at (hukum Fiqih yang Qhaty’). Sedangkan ajaran yang saya sampaikan kepada murid-murid saya tetap berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits, dimana fatwa MUI Tk-I SU itu tidak dapat menunjukan bahwa syari’at yang saya bawa dan saya ajarkan telah jauh menyimpang, bukankah MUI Pusat sendiri telah menuliskan di dalam buku Himpunan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang isinya bahwa Fatwa-Fatwa MUI hanyalah berkenan dengan masalah fiqih, yakni hukum Islam kategori fiqih yang merupakan hasil ijtihad para Ulama dari nash zanni.



Tambahan penjelasan. Catatan penting dan wajib diperhatikan dengan serius….!!!. Sebagaimana di ketahui bahwa fiqih adalah identik dengan masalah khilafiyah (perbedaan pendapat), artinya untuk setiap persoalan secara pasti akan di dapatkan lebih dari satu pendapat, jika ada ulama yang berpendapat “ boleh “, tentu ada ulama yang berpendapat “tidak boleh “ atau “ Haram “. Jika ada yang berpendapat jika sesuatu perbuatan itu “sah “ tentu akan ada yang berpendapat “ tidak sah “ demikian seterusnya. Perbedaan pendapat ini bukan saja dibenarkan keberadaannya oleh Nabi sebagaimana diisyaratkan dalam sejumlah hadits. Tetapi bahkan harus di pandang sebagai khazanah besar dan kekayaan hukum Islam yang harus menjadi rahmat bagi umat seperti yang dikehendaki oleh Nabi dalam haditsnya yang cukup populer “ PERBEDAAN (ULAMA) UMATKU ADALAH RAHMAT ” serta di pegang teguh dan di realisasikan dalam kehidupan nyata oleh umat islam generasi awal.

DR. Lahmuddin Nst. MA, sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Propinsi Sumatera Utara sendiri setelah mengeluarkan fatwa terhadap ajaran Hirfi Nuzlan, dan lalu kemudian dikonfirmasi melalui Handphone oleh saudara Zulfan Efendi sebagai Ajudan Mursyid Pengajian Babur Ridho, dan Zulfan Efendi di dalam pembicaraan melalui Handphone, DR. Lahmuddin Nst. MA, mengatakan dengan tegas terhadap Zulfan Efendi “ ini hanya perbedaan pandangan saja “ dan kemudian di tanya lagi oleh Zulfan Efendi “ perbedaan pandangan ko’ di katakan sesat..?! “ kemudian DR. Lahmuddin Nst. MA menjawab kembali “ kami hanya bekerja berdasarkan mekanisme “. Kalau ini sudah dikatakannya sebagai perbedaan pendapat, kenapa tidak dicabutnya fatwa tersebut, apa maksud dari semua ini…??? Kami sungguh sangat merasa heran, oknum-oknum yang duduk di MUI Propinsi Sumatera Utara ini yang penuh dengan kearifan dan sangat bijaksana menurut pandangan kami dan yang penuh dengan segala Titel embel-embel kesarjanaan disiplin ilmu agamanya, kenapa jadi keblinger/ lupa akan perbedaan pendapat itu adalah suatu rahmat, yang ia sendiri menegaskan dari ucapannya di dalam pembicaraannya melalui handphone serta di di dalam Hadits yang sangat populer itu telah di diingkarinya sendiri. “ SUDAH DI LUDAHINYA DIMAKANNYA KEMBALI “.
Ya Allah……. Siapakah sesungguhnya yang sangat zalim itu, semoga Engkau dapat menunjuki hati kami ini. Amin…Amin….Amin … Ya Rabbal Alamin…..!!


Lanjutan pembahasan

Karena terlalu patuh dan taatnya saya kepada guru saya ( adab/ syarat berjalan kepada Allah terhadap Syech di dalam berThariqat ), waktu itu Tuan guru saya adalah Syech. Muhammad Ishak bin H. Muhammad Nurdin, sehingga apapun yang di perintahkan nya dalam beramal ibadah menurut aturan-aturan cara beramal ibadah yang telah di tetapkan di Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi tanpa ada yang lain-lain maksud hati ini hanyalah ingin mencintai Allah semata, dengan bekal pandu kepada guru. Semua itu saya lakukan dengan sungguh-sungguh penuh ketekunan untuk membersihkan dan membuang dengan sengaja kotoran-kotoran hati ini, dengan harapan nantinya Tuhan meridhoi diri saya. (sebenarnya kalau pertanyaan itu tidak saya jawab, kan tidak ada masalah, karena pertanyaan itu sangatlah pribadi sekali antara saya dengan Tuhan saya, namun saya tetap menjawab karena memandang dari segi adab sopan santun yang baik (Hablumminannas).

Perlu saya kemukakan sebelum saya memasuki Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi ini sebelumnya saya telah mengalami sakit sejak dari Usia 15 Tahun yaitu mengalami sakit secara Ghaib selama lebih kurang 21 tahun lamanya. Dan didalam sakit itu, kegaiban selama 21 tahun pun saya alami, saya selalu dibimbing dan diarahkan untuk tidak berbuat jahat, dengan kata lain bimbingan itu amat terasa dan sungguh nyata saya rasakan, yang diperintahkannya kepada diri saya adalah untuk mengerjakan dan menegakkan sholat dan berbuat baik selalu, walaupun sholat saya waktu itu masih berhamburan, alias berantakkan (hati dan fikiran tidak ingat kepada Allah). tepatnya pada tahun 1981 dimana setiap tengah malam saya terbangun dengan rasa penuh ketakutan yang amat sangat dan jiwa yang tidak tenang, saya selalu dibangunkan oleh sesuatu yang tidak terlihat oleh mata kasar saya, untuk mengerjakan sholat malam (sholat Tahajjud) setiap malamnya, + 11 tahun lamanya dikerjakan, tanpa ada yang ketinggalan semalampun. Karena setiap bimbingannya, arahannya selalu mengarahkan untuk mengerjakan amal ibadah, berbuat baik, tidak boleh buruk sangka, tidak boleh merasa sombong, tidak boleh ria, tidak boleh Iri, tidak boleh dengki, tidak boleh bangga-banggaan dan lain sebagainya.

Itulah yang selalu dibisikkanya ketelinga saya maupun langsung kedalam hati saya. Dan karena takutnya serta gemetarnya Jiwa ini, maka kehidupan saya selalu penuh di isi oleh hal-hal yang bersifat positif, walaupun terkadang saya sering melanggar larangan-larangan itu, dan akibatnya saya mengalami rasa sakit yang sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata. Tibalah suatu saat saya memasuki pengajian Thariqat “QADARIYAH “ di Titi kuning Gg. Asli, yang dibimbing oleh tuan guru SYECH H. MUHAMMAD THOHIR, dan guru saya itu mengatakan kepada murid-murid yang lain bahwasanya diri saya dibimbing oleh suatu ilmu yang dinamakan dengan nama ilmu LADUNI . Dan kemudian saya memasuki Pengajian Thariqat NAQSYABANDI JABAL HINDI di Jl. Young Panah hijau Ling. III Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, dengan bimbingan seorang guru yang bernama TUAN GURU SYECH MUHAMMAD ISHAK BIN H. M NURDIN pada tahun 1993, tepatnya pada Tgl. 29 Augustus hari Kamis malam Jum’at, sayapun di BAI’AT “, bersama dengan istri saya, dan sayapun beramal ibadah semakin gila dan lebih banyak kehidupan sehari-hari di isi didalam ruangan kamar dengan sajadah dan tasbih setiap saat dan waktu, sehingga untuk keluar rumah bisa dikatakan tidak pernah kecuali ada urusan penting dan urusan keluarga (mohon ampun Kepada Allah, mohon maaf kepada sesama, bukan maksud untuk memamerkan amal ibadah saya, tetapi sebagai pandangan dan gambaran, jika kita beramal ibadah dengan bersungguh-sungguh bukan tidak mungkin Malaikat Jibril bisa saja datang karena kesungguhan kita beribadah dan tentunya atas kehendak dan karunia Allah yang besar itu ) Dan ketika dalam beramal ibadah ditengah malam itulah Malaikat Jibril datang disebelah kanan saya, dan yang saya rasakan dengan bathin ini. Dan diapun berkata kepada diri saya AKULAH MALAIKAT JIBRIL kemudian dia menawarkan berbagai macam tawaran untuk kehidupan kesenangan dunia, dan saya berucap dengan ucapan “ ILLAHI ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI “ (maksudnya: Ya Allah hanya Engkau yang kumaksud dan Ridhomu jua dambaanku), dan setelah beberapa lama tidak juga beranjak dari sebelah kanan saya, maka diapun akhirnya berkata: ”mau dibuat susah, mau dibuat tidak bekerja lagi, mau dibuat tidak punya apa-apa “, dan sampai-sampai dia mengatakan kalau dibuat semiskin-miskinnya, sehingga tidak mempunyai baju, tetapi lidah saya tetap berucap” ILLAHI ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI “, dan dia mengatakan dengan tegas sekali lagi, “MINTALAH, AKU YANG MENGATUR SAGALA ISI BUMI INI. MINTALAH SESUATU KARENA AKU INGIN MENGHADAP KEPADA ALLAH, MINTALAH ” tetapi mulut saya tetap berucap “ILLAHI ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI “dan sambil menagis saya mengucapkan “ ENGKAULAH YA ALLAH “ dan akhirnya ia pun berkata: INILAH DIA BARU ANAKKU terasa memeluk diri saya. Itulah kejadian secara singkat saya uraikan wahai saudara-saudaraku, jangankan Malaikat Jibril, Tuhanpun turun kelangit Bumi setiap malam. Apalah artinya Malaikat Jibril kalau ada Allah yang mendampingi kehidupan kita, disetiap helaan Nafas yang naik turun ini. Apakah saudara-saudaraku yakin bahwasanya Allah turun kelangit Bumi setiap sepertiga malam itu….? Perlu diketahui bahwa diri saya sejak mulai menjadi guru dan sampai detik saat ini tidak pernah saya ucapkan dan saya katakan kepada murid-murid saya bahwasanya saya selalu didampingi oleh Malaikat Jibril. Yang saya tahu, diri saya selalu menyebut, bahwa Allah selalu ada didekat diri saya dan selalu membimbing saya, mengarahkan dan mengajari serta menunjuki diri saya untuk selalu mentauhidkan Allah saja secara penuh dihati ini, begitu jugalah saya memberikan bimbingan, arahan kepada seluruh yang berkeinginan untuk mengikuti apa yang saya sampaikan dan ajarkan ini.

Jelas sekali bahwasanya ajaran saya adalah ingin mentauhidkan sama dengan MENGIKHLASKAN HANYA MENEGAKKAN AGAMA ALLAH. Yang menurut pandangan, pemahaman dan keyakinan saya bahwasanya agama yang datang dari Allah itu adalah RUH YANG BERSIH DAN SUCI PADA AWAL MULANYA. Agama itu adalah suatu peraturan menjalankan keyakinannya untuk menuju kepada Tuhannya dan wajiblah mematuhi segala rambu-rambu yang telah ditetapkan-Nya. Itulah sebutannya dengan HUKUM FIQIH, dan hati yang bersih dan suci itu adalah cahaya kebenaran dari Tuhan letaknya dihati ( itulah yang di maksud dengan agama Allah ), sedangkan Thariqat adalah jalan atau cara beramal untuk menuju kepada Tuhannya dengan cara mengosongkan hati dari hal-hal yang tercela dan mengisinya dengan hal-hal yang mulia yaitu dengan Dzikrullah. ( Q.S Al insyiqaaq ayat 6 )

Dan firman Allah SWT lagi yang artinya :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkankepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik“.
( Q.S Al ankabut ayat 69 )

Hakikat adalah kebenaran yang letaknya di hati orang-orang mu’min yaitu Ruh ciptaan Tuhan yang selalu ingin dekat terus memandang hanya kepada Allah yang menciptakannya yaitu Dzat yang Maha Suci dan Maha Agung itu. Dan ma’rifat adalah mutlak hanya urusan Allah semata (Haqqul yakin), jelasnya. Islam itu di bungkus di dalam 4 bab, yaitu antara lain berbicara tentang :

  1. SYARI’AT (Hukum-hukum fiqih yang harus kita patuhi atau taati dan jalani)
  2. THARIQAT (Jalan atau cara beramal ibadah menurut petunjuk Mursyid yang membimbingnya)
  3. HAKIKAT (Adalah hatinya didalam kebenaran yang datang dari Allah, itulah RUH yang bersih dan suci pada mulanya. Itulah yang ingin digapai oleh seluruh orang yang menjalani didalam berhakikat, tentunya dengan keridhoan Allah jua).
4. Sedangkan MA’ARIFAT adalah keputusan Allah yang berlaku bagi siapa yang hendak ditunjuki-Nya/ putus pengenalan dirinya, yang ada hanya wujud Allah saja di dalam pandangan hatinya (Mussyahada Thauhid).

Kenapa MUI yang memutuskan Malaikat Jibril tidak turun lagi…? Dan mengatakan tidak bisa seseorang didampingi malaikat Jibril…? Sedangkan ada seseorang yang telah mengalaminya. Bukankah Allah menghendaki bagi siapa-siapa yang dikehendaki-Nya…? Sesuai dengan firman Allah (Q.S Al Buruuj 16). Fatwa MUI tidak berhak dan tidak boleh untuk memfonis bahwa malaikat Jibril tidak turun, walaupun MUI mengatasnamakan aqidah Islam, aqidah Islam yang bagaimana…? Islam seperti apa…? Bukankah arti Islam itu selamat, selamat apanya ? Yang jelas Islam sebenarnya, atau Islam yang hakiki disisi Allah atau Islam yang RAHMATAN LIL ‘ALAMIIN, sesuai firman Allah Q.S Ali Imran ayat 19.

Disisi berarti dekat, bisa pula penafsirannya disamping Allah, disayangi Allah, dicintai Allah, atau dalam pelukan Allah, Yang jelas Islam itu adalah kita telah sampai atau dekat kepada Allah, disisi Allah, karena hati telah selamat dari:

  1. Su’uzhon (buruk sangka) adalah pintu dari segala penyakit-penyakit hati.
  2. Iri hati
  3. Dengki
  4. Benci
  5. Dendam
  6. Sum’ah
  7. Ujub (angkuh,sombong)
  8. Riya (pamer)
  9. Hasud
  10. Khianat
  11. Bakhil (pelit, bedekut)
  12. Syirik (Menduakan Allah Ta’ala/ dihatinya ada yang lain selain Allah)
Dan lain-lain penyakit hati yang bila tidak terbuang tidak bisa dekat disisi Allah karena Allah itu Maha Suci, maka hati kita harus dibersihkan atau disucikan terlebih dahulu barulah Allah datang mendekati/hadir didalam hati kita karena kebersihan hati itu, seperti firman Allah SWT ( Q.S Asy-Syam 9-10 ).
Dan didalam Ilmu Thariqat/ Tasawuf titik sentral ajaran bagi murid-muridnya adalah lebih menekankan mengamalkan amalan-amalan sunat yang dianggap seperti amalan wajib yaitu beramal ibadah dengan menggunakan tasbih untuk berdzikir selalu dihati dan melatih Ruh/ jiwa agar selalu, setiap saat, setiap detik untuk berdzikir mengingat Allah, itulah yang diutamakan dan perlu diketahui bahwasannya orang-orang Thariqat/ Tasawuf tidak mengejar atau mencari atau mengharap fadhilah-fadhilah pahala, karena orang ber-Thariqat/ ber-Tasawuf mempunyai kewajiban untuk membersihkan hatinya itu terlebih aula (utama), dan syari’at berjalan sebagaimana mestinya. Mereka mempunyai keyakinan bahwa bila hati telah terus-menerus berdzikir kepada Allah (dawam), Allahlah yang menentukan dan meletakkan Ruh yang bersih suci itu atau telah fitrah kembali seperti semula berada disisi-Nya, karena bila ada kesempatan untuk berada di sisi-Nya atau dalam pelukan-Nya, maka untuk apalah surga ciptaan-Nya, itulah Islam yang sebenarnya, hatinya lapang, tentram dan damai ( Q.SAz-Zumar ;22).

Perlu diketahui untuk umat Islam didunia khususnya di indonesia bahwa: TAUHID ADALAH SEBAB DITERIMANYA IBADAH. Sesungguhnya ibadah yang diperintahkan Allah itu tidak disebut ibadah kecuali dengan mentauhidkan Allah SWT, karena itu ibadah menjadi tidak syah jika disertai dengan syirik. Dan tidaklah seorang itu disebut ’abd (hamba) Allah kecuali dengan merealisasikan tauhid, mengEsakan Allah SWT semata dalam beramal ibadah. Maka barang siapa beribadah kepada Allah, tetapi dia menyekutukan-Nya dengan yang lain, maka tidaklah ia disebut sebagai ‘abdun lillah (hamba Allah). Artinya: mengingat anak, mengingat kerjaan, mengingat uang dan banyak lagi selain dari pada Allah. Maka itulah yang di bilangkan syirik khafi. Maka mentauhidkan Allah, ikhlas beribadah kepada-Nya dengan tanpa menyekutukan-Nya dengan satu apapun adalah syarat diterimanya ibadah disisi Allah, dalam pandangan ilmu Thariqat dan ilmu Tasawuf.


C. Setiap kali pada dirinya ada hal-hal yang tidak baik ataupun kesalahan yang dilakukannya Malaikat Jibril selalu mengingatkannya.
(Point-point fatwa MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 )

Jawab Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :

DR. H. Lahmuddin Nst. MA, bertanya pada saya, pernahkah saudara di datangi Malaikat Jibril ketika dalam beribadah….?. dari mana DR. H. Lahmuddin Nst. MA, mengetahui bahwa pada waktu beramal ibadah diri saya pernah di datangi Malaikat Jibril….? Dan untuk apa pertanyaan seperti itu…..? bukankah pertanyaan itu pasti datang dari para pendemo yang menyampaikanya….?

Jangankan Malaikat Jibril yang selalu mengingatkan, kalau Allah pun langsung yang membimbing seseorang yang ingin dibimbing-Nya, ditunjuki-Nya, dikehendaki-Nya apa keberatan Bapak-Bapak yang duduk di MUI…? Kalaupun anggapan oknum-oknum yang duduk di MUI Propinsi Sumatera Utara




4 : Tauhid untuk tingkat pemula dan lanjutan disusun oleh DR. ABDUL AZIS BIN MUHAMMAD ALU
ABDUL LATIF Hal 94-95

Bahwa yang membimbing dan mengingatkan bila ada hal-hal yang tidak baik ataupun kesalahan yang saya lakukan, maka Malaikat Jibril selalu mengingatkannya bukankah itu suatu hal yang sangat baik sekali karena mengarah pada hal-hal yang positif serta memerintahkan untuk beribadah dengan syari’at yang dibawa oleh Junjungan Nabi Muhammad SAW, sekali lagi bukankah itu hal yang sangat baik akan bimbingannya dan didikan-Nya, jika Allah menghendaki-Nya, dan jika hal itu terjadi pula kepada bapak-bapak di MUI ataupun kepada siapa saja yang dikehendaki Allah, kan sebaiknya kita sangat bersenang hati dan bergembira bahwasanya karunia Allah teramat luas kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Andaikan salah seorang dari Bapak-Bapak yang duduk di MUI atau orang lain yang di dampingi Malaikat Jibril, apakah saya atau orang lain juga berdengki hati atau iri atas karunia Allah SWT tersebut….?. Apakah hal ini hanya merupakan persoalan KEDENGKIAN HATI atau KEIRIAN yang menyebabkan hati kita tidak dapat menerima kelebihan orang lain ataupun atas ketidak LAPANGAN HATI kita atas karunia Allah terhadap seseorang yang dikehendakinya, BUKANKAH INI YANG NAMANYA IRI HATI…??? tapi katanya KITA PEMELUK AGAMA ISLAM yang rahmatan lil ‘alamin, apakah agama Islam itu hanya dilihat dalam perbuatannya saja ..? atau ucapannya saja…? BUKANKAH ISLAM ITU HAKIKATNYA LAPANG DADA…? Berarti kalau kita marah, ataupun dengki, ataupun iri, ataupun buruk sangka, berarti kita hanya Islam yang berselimut dengan bertopengkan firman-firman Allah dan hadits saja, SEKALI LAGI MA’AFKAN SAYA YANG LEMAH DAN HINA INI, bukankah ini yang akan dilaknat oleh Allah tanpa kita MAU MERUBAH atau BERHIJRAH HATI ini untuk benar-benar menjadi Islam yang hakiki di mata Allah, bukan Islam yang hanya di pandang atau di lihat oleh sesama manusia yang penuh dengan kemunafikan terhadap Allah SWT. Sadarlah dan bertaubatlah segera sebelum terlambat.

Firman Allah yang artinya:
Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakit mereka dan bagi mereka azab yang pedih, Disebabkan apa-apa yang telah mereka dustakan”.
(Q.S. Al-Baqarah ayat 10).

Bapak MUI yang kami sayangi, kami cintai, dan sangat kami hormati, janganlah TAKUT KEPADA MANUSIA ATAU KELOMPOK MANUSIA ATAU ORGANISASI APAPUN ITU NAMANYA, TETAPI TAKUTLAH KEPADA ALLAH SECARA IMAN YANG TEGUH DAN KUAT SERTA AQIDAH YANG TIDAK BERGOYANG SEDIKITPUN.


Firman Allah Swt yang artinya:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai “.
(Q.S Al-A’raaf ayat 179)


Tolong diresapi ayat diatas dengan keimanan yang ada dihati, bukankah kamu tidak berfikir tentang ayat-ayat tersebut yang sangat mengerikan…!!!

Aqidah Imam Malik Bin Anas.
Al-Harawi meriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa Imam Malik pernah ditanya tentang ilmu tauhid. Jawab beliau: “ Sangat tidak mungkin bila ada orang menduga bahwa nabi mengajari umatnya tentang cara-cara bersuci tetapi tidak mengajari masalah tauhid”.


TAUHID adalah seperti apa yang di sabdakan Nabi Saw “Saya di perintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah)”, maka sesuatu yang dapat menyelamatkan harta dan nyawa (darah) maka hal itu adalah tauhid yang sebenarnya. Tauhid Itu adalah hati yang selalu memandang Allah secara khusyu’/ Ma’rifatullah.

Firman Allah:
Sungguh berbahagia orang-orang mu’min (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ di dalam shalat mereka”
(Q.S Al-Mu’minuun ayat1-2 ).

Dan Firman Allah yang artinya:
Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang beriman untuk khusyu’ hati mereka untuk mengingat Allah dan apa yang di turunkan dari kebenaran (Al-Qur’an), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya (yahudi dan nasrani), maka panjanglah masa atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras .
dan kebanyakkan dari mereka fasik”.
(Q.S. Al-Hadiid 16)

Jadi Nabi Muhammad SAW memerangi orang-orang yang belum sempurna tauhidnya di dalam hati, jadi bukan hakikat La ilaha illallah di ucapkan dilidah syari’at saja, tapi yang dimaksud Nabi SAW adalah diucapkan dengan lidah syari’at di tasdikkan dengan hati, atau lebih jelasnya di benarkan oleh hati, yaitu hatinya benar-benar melihat Allah SWT. (Hati mengingat Allah, berdzikir).

Um Hani r.a berkata: Nabi Saw bersabda:
Kalimat La ilaha illallah itu tidak dapat di kejar oleh lain amal, dan tidak meninggalkan dosa (ya’ni tidak ada amal yang lebih besar dari padanya, dan semua dosa dapat di hapus sehingga tidak ada sisanya).”
( H.R Ibn. Majah).

Menurut Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan dalam menafsirkan ayat tersebut di atas adalah :
Janganlah mengucapkan kalimat La ilaha illallah itu hanya di lafazkan oleh lidah saja, karena makna hakikat sesungguhnya dari kalimat La ilaha illallah itu adalah kalimat meng-Esakan Allah ta’ala di dalam hati kita masing-masing, karena Tauhid itu bukan di lidah tempatnya, karena lidah dapat berkata apa saja. Belum tentu selaras dengan hati ( kalimat La ilaha illallah itu di ucapkan di lidah, dan harus di benarkan di dalam hati), bukankah kalau tidak selaras ucapan lidah dengan hati ini yang di sebut dengan KEMUNAFIKAN yang amat nyata. Orang-orang munafik tempatnya pasti di NERAKA JAHANNAM. Na’uuzuubillah mindzalik

Jadi kalau hati ini sudah benar-benar tepat, pas, dan benar di dalam mentauhidkan Allah saja semata-mata tiada yang lain selain Allah, maka hati kita pastilah di pelihara, dijaga atau hati kita secara gamblangnya sudah masuk ke dalam benteng Allah SWT, jelas hati kita tidak akan tercemari oleh penyakit-penyakit hati. Maka tiada dosalah hati itu/ ruh itu kepada Tuhannya, alias hatinya kini telah kembali fitrah seperti semulanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar