PENCABUTAN FATWA SESAT MUI
TERHADAP PENGAJIAN TASHAWWUF BABUR RIDHO RAHMATULLAH AHLI THARIQAT
NAQSYA BANDI JABAL HINDI
![]() |
| surat penjelasan pencabutan fatwa |
Fatwa MUI tentang Malaikat
Jibril mendampingi manusia NO. Kep/ 768/ MUI/ XII/ 1997.
(Point-point fatwa MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 )
Jawab
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :
Fatwa MUI tersebut sangat lucu sekali, dan
sangat aneh, serta sangat bertentangan dengan firman Allah itu
sendiri: “ Apakah Malaikat Jibril
turun sangat bergantung kepada MUI (NO. Kep/768/MUI/XII/ 1997), kalau
ini kita pegang serta kita yakini, berarti umat Islam khususnya di
Indonesia ini menyetujuinya baik secara sadar ataupun tidak sadar,
baik yang mempunyai pengetahuan ataupun tidak mempunyai Ilmu
pengetahuan ataupun percaya dan yakin sepenuhnya kepada MUI, maka
jelas secara tidak langsung kitapun mengakui bahwasanya :
”
Kekuasaan Allah yang Maha Tinggi itu kini telah beralih di bawah
fatwa MUI dengan nomor: Kep/ 768 / MUI / XII / 1997.”
Bukankah pengertiannya seperti itu ….?
Dan
Firman Allah SWT juga yang artinya :
“Sesungguhnya
kami telah menurunkannya ( Al-Qur’an) pada lailatul qadar. Dan
taukah engkau apakah lailatu qadar itu?. Lailatulqadar itu lebih baik
dari seribu bulan. Malaikat
dan Ruh (Jibril) turun
padanya dengan izin Tuhannya membawa segala perintah.”
( Q.S Al Qadr (97)1-4)
Maksud
ayat diatas : Bukankah dalil ini cukup kuat untuk menyatakan bahwa
Malaikat Jibril masih tetap turun
Hadist
Nabi SAW yang artinya:
“Imam
Bukhari dan Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw
berkata kepada Jibril.
Apa yang menghalangimu untuk berkunjung kepada kami lebih sering
dari kunjunganmu selama ini.
Ibnu
Abbas berkata, kemudian turunlah ayat :
“Dan tidaklah kami (jibril)
turun kecuali dengan perintah Tuhanmu.
Kepunyaan-Nyalah
apa-apa yang ada dihadapan kita, apa-apa yang ada dibelakang kita,
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”.
(Q.S-19
Surat Mariam ayat 64).
Dan
banyak lagi Firman Allah tentang turunnya Malaikat
Jibril kepada siapa yang hendak ditunjuki-Nya. MUI bukanlah yang
dapat menentukan atau bisa memutuskan apalagi beranggapan dan
meyakini bahwasannya MALAIKAT JIBRIL tidak turun lagi setelah Nabi
Muhammad SAW. Memang Malaikat Jibril tidak turun lagi untuk menambah
Nabi, karena khataman Nabi adalah junjungan Nabi Muhammad SAW, namun
perlu diingat…!! dan dicamkan baik-baik bahwa setelah
Nabi Muhammad SAW tetap ada seorang atau siapapun yang di kehendaki
Allah untuk meneruskan risalah Nabi yang disebut dengan sebutan Al –
Mahdi sebagai penyempurna rasa ” KATAUHIDAN HATI INI HANYA TERTUJU
KEPADA ALLAH SEMATA “ dengan catatan Al-Mahdi tidak menambah maupun
mengurangi apa-apa yang telah ditetapkan Nabi Muhammad SAW.
Adapun firman Allah dan Hadits-Hadits Nabi itu antara lain :
Firman
Allah SWT yang artinya :
“ Dia menurunkan para malaikat
dengan (membawa) wahyu dengan
perintah-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya ,
yaitu:
“
Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku ”
(Q.S
An Nahl ayat 2 )
Amirul
Mukminin Ali bin Thalib as berkata :
Akubertanya
kepada Nabi SAW :” Apakah al-Mahdi berasal dari kalangan keluarga
kita sendiri ataukah dari yang lainnya…?” Beliau menjawab :”
Dia berasal dari kalangan kita. Allah
akan menyempurnakan agama-Nya melalui dia,
sebagaimana Dia mengawali agama dengan kita. Melalui kitalah, manusia
akan mendapatkan keselamatan dari fitnah. Melalui kita pula, mereka
selamat dari kemusyrikkan. Malah, melalui kitalah Allah akan
menyatukan hati-hati mereka dalam ikatan persaudaraan menyusul
pertikaian yang tersebar karena fitnah, sebagaimana mereka
dipersaudarakan dalam agama mereka
setelah pertikaian yang berkembang karena kemusyrikkan. “
Abu
sa’id al-Khudri, sahabat dekat Nabi SAW berucap :
Aku
mendengar perkataan Nabi dari mimbar :” AL-Mahdi berasal dari
keturunanku, keluargaku, akan bangkit menjelang Hari kiamat ketika
langit mencurahkan hujan dan bumi menumbuhkan rerumputan hijau
baginya. Dia akan mengisi dunia dengan KEADILAN DAN PERSAMAAN,
SEBAGAIMANA IA DIPENUHI DENGAN TIRANI DAN KEZALIMAN SEBELUMNYA.”
Dalam
hadis lain dari Ummu Salamah, istri Nabi, ada keterangan yang lebih
spesifik yang diberikan kepada umat. Nabi SAW mengatakan :” Al-
Mahdi berasal dari keluargaku, dari anak-anak fathimah.”
Pada
kesempatan lain, Nabi SAW mengatakan :
”AL-
Qa’im berasal dari keturunanku. Namanya sama dengan namaku,
julukanya sama dengan julukanku. Ciri-cirinya sama dengan
ciri-ciriku. Dia akan mengajak manusia kepada sunnahku dan kitab
Allah. Barang siapa menaatinya berarti menaatiku, dan sebaliknya,
mereka yang berpaling darinya berarti berpaling dariku. Barang siapa
yang menolak keberadaanya selama kegaibannya berarti menolakku, dan
barang siapa yang mendustakannya berarti mendustai aku. Barang siapa
membenarkan eksistensinya berarti membenarkan keberadaanku. Kalau
mereka diminta untuk memalsukan apa-apa yang telah kukatakan tentang
Al- Mahdi dan dengan demikian menyesatkan umatku, aku akan mengadukan
mereka kepada Allah.”
Dan
Hadits lain diriwayatkan oleh Abu Al-Hujaf yang mengutip pernyataan
Nabi SAW sebannyak tiga kali :
“
Dengarkanlah kabar gembira tentang Al-Mahdi…! Dia akan bangkit
pada saat manusia dihadapkan dengan konflik keras dan dunia akan
digoncang dengan getaran keras. Dia
akan memenuhi dunia dengan keadilan dan persamaan sebagaimana dia
dipenuhi dengan kezaliman dan tirani. Dia akan
memenuhi hati para pengikutnya dengan ketaatan dan akan menyebarkan
keadilan
dimana-mana “.
Nabi
SAW bersabda :
“
Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai Al-Qa’im Al-Haq muncul.
Ini akan terjadi
ketika Allah mengijinkannya untuk bangkit. Barang siapa yang
mengikutinya akan selamat, dan barang siapa yang menentangnya akan
binasa. Wahai hamba-hamba Allah, ingatlah Allah dalam pikiran kalian
dan
larilah kepadanya ( AL- Mahdi ) meskipun itu terjadi diatas Es,
karena sesungguhnya dia adalah Khalifah Allah Azza wa jalla dan
penggantiku.”
2
: IMAM MAHDI PENERUS KEPEMIMPINAN ILAHI karangan Ibrahim Amini
pengantar Prof. Abdulaziz A.Sachedina, Ph.D penerbit Al- Huda cetakan
ke II hal 5-6
Bukanlah
hasil MUNAS atau Fatwa MUI tentang Malaikat Jibril Mendampingi
manusia yang memutuskan bahwasannya Malaikat Jibril turun atau
tidaknya, tetapi Allahlah yang memutuskan atau yang memerintahkannya.
Oleh karena itu merekalah
(MUI) yang bertentangan dengan Al-Qur’an itu sendiri, dan justru
merekalah yang sesungguhnya mengingkari Firman-Firman Allah,
dan merekalah orang-orang yang tidak yakin kepada Allah secara
hakikat kebenaran, mereka yakin kepada Allah hanya sebatas di akal
mereka, atau sebatas pengetahuan yang mereka dapati/ pelajari.
Oh….!!! alangkah buruknya prasangka mereka itu. Mohon maaf yang
sebesar-besarnya, bukan maksud saya untuk mengecilkan dan
mendiskriditkan (menyudutkan) saudara-saudaraku, tetapi ini adalah
sesuatu yang wajib saya sampaikan walaupun terasa pahit.
Firman
Allah SWT yang artinya :
“
Barang siapa yang berpaling dari padanya (Al Qur’an), maka
sesungguhnya di hari
kiamat
dia memikul dosa “
(
Q.S Thaahaa (20) 100 ).
Mereka
yakin kepada Allah hanya di BIBIR SAJA tidak sampai kedalam HATINYA.
Apakah MUI sebagai malaikat atau Tuhan yang dapat mengatur MALAIKAT
JIBRIL turun kepada hamba pilihan-Nya……? Sungguh sangat zalimlah
dan iri hatilah
orang-orang seperti ini. Menganggap dirinya lebih baik, lebih pintar,
lebih merasa punya ilmu dan berlagak suci di hadapan manusia lainnya,
tetapi dimata Allah sesungguhnya mereka telah mengingkari Al-Qur’an
itu sendiri, karena hati mereka keras amat nyata.
Sesungguhnya
perkataan Allah itu sangat terasa di hati orang-orang yang
meyakininya, bahwa Karunia dan Hidayah Allah dapat saja di
berikan-Nya kepada siapa saja yang hendak di tunjuki-Nya. Namun
karena mereka buruk sangka, iri dan dengki, sehingga mereka
mendustakan dan mengingkari atas kebenaran itu. Kembalilah
bertaubat kepada Allah
dengan jalan mengkhususkan untuk membersihkan diri khususnya HATI INI
(QOLBUN SALIM),
karena AL-QUR’AN
ITU SESUNGGUHNYA ADALAH RUH YANG SUCI,
yang kelak akan menghadap/ datang kepada Allah. Jadi, bersih dan
sucikanlah hatimu masing-masing dengan sebenar-benar bersih dan suci
dan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah semata (Tauhidkanlah hatimu
kepada Allah saja). Dan pasrahkanlah diri dan jiwamu yang bersih dan
suci itu hanya berharap menunggu Ridho Allah. BUKAN
AMALMU, BUKAN IBADAHMU, BUKAN KEJUHUDANMU, BUKAN KEWARA’ANMU, BUKAN
‘ALIMMU, BUKAN TA’ATMU, BUKAN ILMUMU YANG KEMBALI KEHADAPAN ALLAH
SWT. Semua itu
adalah cara untuk mengetahui atau sebagai alat untuk mengantarkanmu
kepangkuan atau kehadirat ALLAHU
RABBI. tetapi
Allah hanya menginginkan HATIMU
ATAU RUHMU
yang bersih
dan suci fitrah seperti awalnya Ruh itu di tiupkan ke dalam janin
anak cucu Adam,
maka haruslah Ruh itu di kembalikan atau di pulangkan atau di
hadapkan kembali pada Allah kepada fitrahnya semula (yang selalu
berhadapan dengan Allah/ berdampingan dengan Allah/ akrab dengan
Allah/ intim dengan Allah/ menyaksikan Allah/ berma’rifat kepada
Allah/ bermussyahadah kepada Allah), itulah agama yang lurus.
Seperti
Firman Allah yang artinya:
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kapada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(Q.S.
Ar-rum ayat 30).
Tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, karena tidak mau menuntut
ilmunya secara pas, tepat dan benar di dalam cara/ metode untuk
membersihkan hati atau jiwa yang telah tercemar oleh hawa nafsu
dunianya setan, jadi kalau Allah sudah mengatakan kebanyakan manusia
tidak mengetahui, maka carilah jalan atau bersegeralah untuk menuntut
ilmunya, janganlah kita termasuk orang-orang yang tidak mengetahui,
karena orang-orang yang tidak mengetahui pasti jauh berbeda dengan
orang yang mengetahui.
a. Semua agama itu baik dan sorga itu
adalah milik Allah Swt, sehingga semua orang tanpa memandang agamanya
dapat masuk kedalam sorga.
Jawab
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :
Pernyataan
di atas itu adalah memang benar sesuai dengan Al-Qur’an seperti
Firman Allah SWT yang berbunyi:
“Sungguh
beruntung orang-orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugi
orang-orang yang mengotorinya”.
(Q.S
Asy-Syam 9-10)
Penekanan
orang-orang di dalam firman Allah ini adalah kepada
orang-orang, bukan untuk kaum muslimin
atau yang beragama Islam saja, tetapi jatuh kepada
masing-masing individu. Sebab Al-Qur’an di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah untuk semua orang/ untuk semua umat manusia
(Hudallinnas).
Dan menurut pemahaman tasawuf
Al-Qur’an itu adalah Ruh yang suci
yang penuh dengan Hikmah, Al-Qur’an
itu ada di dalam dada manusia itu masing-masing seperti Firman Allah:
Allah
menjelaskan didalam Al-Qur’an yang artinya :
“Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu RUH
( Al-Qur’an ) dengan
perintah Kami. Engkau (sebelumnya ) tidak mengerti apa kitab dan
apa iman : tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an
itu CAHAYA, yang
dengannya Kami memberi petunjuk
orang-orang yang kami kehendaki
diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau menunjuki kepada
jalan yang lurus
( Q.S.Asy-Syuura ayat 52).
Firman
Allah lagi yang artinya:
“Sesungguhnya
atas tanggungan Kami-lah
mengumpulkannya (didadamu)
dan membacakannya. Apabila Kami selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaanya”
(Q.S. Al-Qiyaamah ayat 17.18 ).
Dan
Firman Allah lagi yang artinya:
Sebenarnya,
Al Quran itu adalah ayat-ayat yang
nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.
Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang
yang zalim.
(Q.S
Al-ankabuut ayat 49).
Jelas
firman-firman Allah di atas tekanannya kepada orang-orang yang di
beri oleh Allah ilmu atau cahaya yang di masukkan Allah ke dalam hati
orang-orang yang mau atau yang telah di bersihkan Allah hatinya dari
segala penyakit-penyakit hati, sehingga dengan kebersihan dan
kesucian hati itu turunlah ilmu kepadanya
Jadi, tentang masalah cara beramal ibadahnya, Allah sudah
memberikan cara beramal ibadah menurut keyakinan agamanya
masing-masing, Seperti yang tertuang di dalam firman Allah SWT
Q.S Al Maa’idah (5):48, Q.S Al Baqarah (2):148, Q.S Al An’am
(6):108 dan Q.S Al Kafiruun (109):6.
Yang menjadi permasalahan, kenapa kita tidak berlapang dada…?
Kenapa tidak ikhlas….? Kalau kita berlapang dada berarti kita
ikhlas, kalau ikhlas berarti tidak ada kebencian kepada agama lain,
tidak ada buruk sangka kepada agama lain, tidak ada su’uzhon,
iri, dengki, khianat, sombong, takabur, ria, ujub, bakhil, sum’ah.
Jadi kalau agama lain masuk surga, biarlah
itu urusan Allah, surga itukan milik Allah, apa keberatannya dengan
kita kalau orang lain/oknum agama lain masuk surga…?? Rugikah kita
kalau orang lain/oknum agama lain masuk surga…?? Bencikah kita…??
Amarahkah kita…?? Tidak sukakah kita…?? Bukankah ini semua
penyakit hati…?? Bukankah ini berarti bukan Islam sebenarnya yang
di maksud oleh Allah…?? bukankah Islam itu harus berlapang
dada...??? Kenapa kita tidak berlapang dada…???, sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Az Zumar 22.
Jelaslah
beberapa firman-firman Allah di atas, tekanan ini ditujukan kepada
orang-orang untuk membersihkan hatinya masing-masing, jadi jangan
urus orang lain apalagi mengurus agama lain. Biarlah syari’at agama
yang diyakininya untuk menuju kepada Tuhannya atau mencapai surga
Tuhannya itu berjalan sesuai dengan syari’atnya masing-masing
dengan warna-warni, corak ragam keindahan untuk menuju kepada
Tuhannya, bukankah ini suatu batu ujian bagi kita…?? agar kita
dapat ikhlas dan berlapang dada terhadap keyakinan saudara-saudara
kita.
Seperti
firman Allah SWT yang artinya :
Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan-aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikannya satu umat saja,
TETAPI
ALLAH HENDAK MENGUJI KAMU
terhadap pemberiannya kepadamu,
maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allahlah kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu
“.
(
Q.S. Al-Maidah: Ayat 48 )
Bukankah kitab
suci yang lain juga benar di sisi Allah SWT ??, manusia itu
sendirilah yang membuat perbedaan dan perselisihan yang tajam (
seperti firman Allah SWT Q.S Al Ambiya’ (21) : 92-93), yang mana
sebenarnya kitab-kitab suci yang lain itu hanyalah sebagai batu ujian
saja. Artinya janganlah menganggap kitab suci kita sajalah yang
paling benar, atau janganlah menganggap diri/hati kita saja yang
paling benar, hati/diri orang lainpun juga dapat benar, karena kitab
suci itu kan sudah di tegaskan di dalam Al Qur’an (
Q.S Al-ankabuut ayat 49), bahwa
Al Qur’an itu ada di dalam dada kita masing-masing. Serta Allah SWT
telah mempertegas lagi di dalam Al –Qur’an untuk tidak mencampuri
agama lain ( Q.S Al-An’aam 108 )
Bukankah
kita semua anak cucu Adam di perintahkan Allah hanya untuk
berlomba-lomba di dalam mengerjakan kebaikan dengan rasa tulus dan
ikhlas sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing pula ? Seperti
yang tertuang di dalam firman Allah SWT
Q.S Al Baqarah (2) 62 dan
Q.S Al Kaafirun (109)
Pandangan dan keyakinan
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs.
Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan bahwasanya
“Semua agama mempunyai keyakinan
untuk masuk surga dan neraka itu pasti adanya, dan setiap penganut
agama apapun pastilah menyuruh, memerintahkan pengikut-pengikutnya
untuk berbuat baik mengerjakan perintah-perintah yang di perintahkan
oleh Tuhannya dan meninggalkan semua larangan-Nya melalui kitab
sucinya masing-masing yang pada dasarnya perintah-perintah itu pada
intinya pelaksanaan syari’at dan aturan-aturan yang di laksanakan,
namun tujuan akhir yang di capai adalah mengikhlaskan hati atau
mentauhidkan dan mengEsakan Dzatnya di dalam hati ini “.
Keyakinan
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan
tidak memandang secara sempit dan
mengkotakkan secara tekstual di dalam menjalankan keyakinan beragama,
dan tidak mau membedakan dari sudut pandang orang, golongan orang,
kelompok orang, agama orang, tetapi
Tuan Guru lebih mengarah atau
menjurus dan menfokuskan serta menitik beratkan kepada masing-masing
individu dari penganut yang menjalankan keyakinan beragama itu
sendiri. Itulah
titik pembahasan yang di tekankan DEMI
TERCIPTANYA KERUKUNAN, KEBERSAMAAN, KETENTRAMAN, KEINTIMAN, KEMESRAAN
DAN KEDAMAIAN ANTAR UMAT BERAGAMA,
SEHINGGA
KEHIDUPAN ANTAR INDIVIDU, ANTAR MASYARAKAT, ANTAR NEGARA TERCIPTA
KEADAAN YANG KONDUSIF, SERTA HIDUP PENUH DENGAN KETENTRAMAN DI BUMI
PERTIWI YANG KITA CINTAI INI.
Jelasnya
kita sama-sama mengetahui bahwa, siapapun yang hidup di dunia ini,
suka atau tidak suka, terpaksa atau tidak, berat atau ringan, lapang
atau sempit, mau atau tidak mau, mengakui atau tidak mengakui
bahwasanya surga itu adalah mutlak milik Allah semata-mata, bukan
milik perorangan, golongan, kelompok, majelis-majelis ibadah dan
bangsa maupun dari suatu agama itu sendiri, karena diri kita
sendiripun belum tentu masuk ke surga Allah, Betul
bukan….???. Jadi kalau surga
itu sudah mutlak milik Allah, mengapa mesti kita ributkan….?? mesti
kita perdebatkan, dan kita pertengkarkan…??, mengapa kita
persoalkan…?? Apalagi sampai
menimbulkan permusuhan, saling dendam, saling hujat, saling
menyakiti, saling fitnah, bahkan sampai menimbulkan
pengerusakan-pengerusakan, pembunuhan.
Bukankah pekerjaan yang seperti ini jelas-jelas dan terang sangat
merugikan diri pribadi dan membuang-buang energi yang sangat dapat
merugikan dan dapat merusak arti kerukunan, ketentraman, kedamaiaan
dan kebahagiaan itu sendiri serta dapat merusak secara total tatanan
sosial kemasyarakatan dan dapat mengganggu stabilitas Nasional,
ataukah karena belum kita temukan ilmu yang dapat menuntun hati kita
secara tepat, pas dan benar di dalam kehendak atau dalam pandangan
Allah SWT, sehingga yang kesemuanya itu sangatlah bertentangan dengan
orang-orang yang menjalankan keyakinan dari agama yang di yakininya.
JADI TEGASNYA SURGA ITU BUKAN MILIK AGAMA ISLAM SAJA, BUKAN MILIK
AGAMA KRISTEN SAJA, BUKAN MILIK AGAMA BUDHA SAJA, BUKAN MILIK AGAMA
HINDU SAJA. TETAPI ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN BAHWA DIRINYA BISA
MENUJU KE SURGA ALLAH. BUKANKAH KEYAKINAN ITU MUTLAK MILIK PRIBADI
KITA MASING-MASING KEPADA TUHAN YANG MENCIPTAKAN DIRI KITA…..???.
Keyakinan (Aqidah) adalah berupa
hubungan vertikal antara individu dengan Tuhannya,
sedangkan secara horizontal hubungan
individu dengan makhluk sesamanya ialah dengan saling menjaga,
hormat-menghormati, kasih mengasihi, sayang menyayangi, dan saling
cinta-mencintai antar satu dengan yang lain.
BUKANKAH INI SUATU KEDAMAIAN, KEADILAN, SEJAHTERA, KEBAHAGIAN LAHIR
DAN BATIN, YANG INGIN KITA WUJUDKAN SECARA TERBUKA DAN
TERANG-TERANGAN. Karena memang zamannya sekarang ini harus di
sesuaikan dengan Al-qur’an itu sendiri, yaitu mengikuti
perkembangan zaman (harus di sesuaikan dengan zamannya). Bukan
berarti Al-qur’an yang tersurat yang terdiri dari 6666 Ayat, 114
Surat dan 30 Juz tersebut, tetapi Al-qur’an yang di maksud
mengikuti zaman itu adalah dimana setiap hati anak cucu Adam yang
masih hidup di dunia ini haruslah dapat melapangkan dadanya
masing-masing dengan cara hanya membersihkan dan mensucikan jiwa ini
untuk selalu mentauhidkan Tuhannya dengan cara dan keyakinan di dalam
menjalankan syari’at kepercayaannya masing-masing pula, seperti
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (
Q.S Al Kafiruun : 6)
Kalau
mau kita tanya kepada diri kita sendiri, apakah kita tahu kalau kita
masuk surga….?? apakah kita berani
mengatakan kita orang beriman..?? kalau
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs.
Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan selalu
mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa
dirinya masih mau beriman di dalam pandangan Allah SWT.
Karena melihat Firman Allah Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 214
yang berbunyi :
“
Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk syurga,
padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum
kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan
Allah itu amat dekat “.
(
Q.S Al Baqarah ayat 214 )
Sungguh
ironis sekali bukan…??? Kenapa kita katakan bahwasannya orang lain
akan masuk ke dalam neraka. Sekali lagi harus kita sadari, kita
fahami dan kita hayati bahwa urusan surga dan neraka itu adalah
mutlak urusan Tuhan, bukan urusan MUI dan MUI bukanlah sebagai Tuhan,
dan barang Siapa dirinya mengaku Tuhan di dunia ini, jelas dirinya
adalah RAJA FIR’AUN yang NYATA di zaman sekarang ini, dialah
sesungguhnya DAJJAL YANG AMAT NYATA. kita
ini bukanlah Tuhan, tetapi kita tidak dapat terlepas dari Tuhan.
Sadarilah wahai umat manusia yang ada di dunia ini, khususnya umat
yang mengaku beragama di negara Republik Indonesia yang sama-sama
kita cintai, SEBAGAI ANAK-ANAK BANGSA YANG BERAGAMA KEPADA TUHANNYA
SESUAI DENGAN DASAR FALSAFAH BANGSA KITA, YAITU PANCASILA ATAS LIMA
DASAR.
b. Pertemuan
Beliau Dengan Malaikat Jibril Selalu Mendampinginya Dan Memberikan
Bimbingan (Bisikan Kepadanya).
(Point-point fatwa MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-S/ VI/ 2006 )
Jawab
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :
Di
sini Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi
Nuzlan akan menjelaskan dan menerangkan dengan sebenarnya, bahwa
Fatwa MUI nomor. 22/ Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 pada Prihal
Memperhatikan : Point 6 (b) yang isinya “ pertemuan beliau
dengan Malaikat Jibril selalu mendampinginya dan memberikan bimbingan
(bisikan kepadanya) “ dan pada Point (c) “ setiap kali
pada dirinya ada hal-hal yang tidak baik ataupun kesalahan yang
dilakukannya Malaikat Jibril selalu mengingatkannya “ adalah
suatu hal yang tidak sesuai dengan keterangan yang di berikan
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan
pada saat di undang oleh MUI pada tanggal 23 Mei 2006, dan
saya penuhi undangan itu dengan hati yang lapang dan tidak
berprasangka buruk kepada oknum-oknum yang duduk di MUI. Untuk
bersilahtuhrahmi dalam rangka memberikan keterangan yang baik,
benar, jujur dan apa adanya. Ketika sampai pada pertanyaan bahwasanya
MUI menanyakan kepada diri saya, “Apakah saudara
pernah di datangi Malaikat Jibril pada saat beribadah ? “.
Itulah salah satu pertanyaan yang dilontarkan kepada diri saya. Dan
secara spontan saya menjawab tanpa prasangka buruk terhadap apa yang
akan saya kemukakan. sayapun menjawab “Ya,
pernah “ karena itu adalah pengalaman
pribadi diri saya sewaktu masih menjadi murid di Pengajian Babur
Ridho Ahli Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi. dan untuk selanjutnya
bimbingan-bimbingan ghaib itu tidak pernah saya katakan
bahwasannya Malaikat Jibril terus membimbing dan mengajari saya,
yang saya tahu dan saya rasakan, jika sesuatu keghaiban yang saya
rasakan yang di perintahkannya, ditunjukinya, yang di bimbingnya, dan
yang di arahkannya walaupun terkadang bimbingan itu terasa sangat
menyakitkan atau seperti berupa paksaaan, selalu keluar dari ucapan
mulut saya yang saya sadari dengan ucapan “ IYA YA ALLAH…”
dan ucapan “ ALLAH !! “ serta berucap
“AMIN… AMIN… AMIN…” dan ucapan
“HAMDULILLAH.. ALHAMDULILLAH..
ALHAMDULILLAH..” dan sayapun bergerak menuruti perintahnya,
seperti contohnya : “ ambil wudhu dan di perintahkannya
beramal “. Begitulah hampir-hampir disetiap saat dan waktu,
dan saya hanya merasakan hanya berdialog kepada Allah saja. Karena
sebaik-baik teman bukankah hanya Allah saja…? Yang
selalu setiap saat, setiap detik, dan disetiap hembusan nafas ini
selalu beserta dengan-Nya…? Jadi sekali lagi saya menegaskan dan
menekankan bukanlah Malaikat Jibril yang hendak dituju atau yang
hendak dimaksud bagi pengamal Thariqat menuju Tasawuf yang murni
hanya Allah saja yang hendak dituju atau yang hendak dimaksud sesuai
dengan ijab kabulnya orang-orang Ahli Thariqat Naqsyabandi Jabal
Hindi khususnya pada waktu beramal ibadah dengan ucapan “
ILLAHI ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBHI “ jika ada
orang-orang yang Menggantungi Malaikat Jibril atau orang-orang yang
membangga-banggakan Malaikat Jibril terhadap dirinya, maka jelas ia
telah tersesat sejauh-jauhnya, karena Allah sudah berfirman :“
jangan menggantungi selain diri-Ku “, dan jangan menggantungi
kebesaran-Ku ( Malaikat Jibril itu ) dan jangan mencari sekutu selain
Aku, tetapi gantungilah hanya Aku saja di dalam hatimu “ seperti
tertuang di dalam firman allah SWT( Q.S Al ikhlas 1-4).
Bagi
siapa saja yang menggantungi selain Allah, jelas sekali lagi ia
adalah orang yang sesat sejauh-jauhnya. Menurut Mujaddid/ Guru
Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan Al Qur’an
(Ayat-Ayat Allah), Nabi Muhammad SAW, dan apapun itu namanya tidak
boleh dan haram hukumnya bila di gantungi atau dapat menjadi Syirik
Khofi (Syirik yang halus), ini yang selalu menyertai setiap anak cucu
Adam khususnya pemeluk agama Islam, disadari atau tanpa disadari
dalam setiap aktifitas ibadah dan pekerjaan apapun yang kita lakukan,
syirik khofi ini (syirik yang halus ini) selalu teramat nyata ada
beserta di dalam hati kita, sehingga bila tidak di pelajari atau di
cari ilmunya maka besar kemungkinan kita akan
selalu dan bahkan setiap saat bermaksiat kepada Allah ( menduakan
Allah ) bahkan lebih banyak dari sebutan dua di dalam hati kita (hati
kita selalu mengingat yang lain), bukankah perbuatan syirik
ini yang tidak dapat di ampunkan oleh Allah…??? Marilah kejar dan
tuntut ilmu-Nya untuk dapat mengKhusu’kan/ mengIstiqomahkan/
menTauhidkan hanya Allah saja di dalam hati kita masing-masing secara
tepat, pas dan benar di dalam pandangan Allah.
Mengapa
MUI Propinsi Sumatera Utara terkesan seolah-olah menanggapi atas
keterangan yang saya sampaikan di samakan dengan Lia Aminuddin (Lia
Eden)…?? Tentang Malaika Jibril yang telah menyalahi Syari’at
(hukum Fiqih yang Qhaty’). Sedangkan ajaran yang saya sampaikan
kepada murid-murid saya tetap berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits,
dimana fatwa MUI Tk-I SU itu tidak dapat menunjukan bahwa syari’at
yang saya bawa dan saya ajarkan telah jauh menyimpang, bukankah MUI
Pusat sendiri telah menuliskan di dalam buku Himpunan
fatwa Majelis Ulama Indonesia
yang isinya bahwa Fatwa-Fatwa
MUI hanyalah berkenan dengan masalah fiqih, yakni hukum Islam
kategori fiqih yang merupakan hasil ijtihad para Ulama dari nash
zanni.
Tambahan penjelasan.
Catatan penting dan wajib diperhatikan
dengan serius….!!!. Sebagaimana di ketahui bahwa fiqih adalah
identik dengan masalah khilafiyah (perbedaan pendapat), artinya untuk
setiap persoalan secara pasti akan di dapatkan lebih dari satu
pendapat, jika ada ulama yang berpendapat “ boleh “, tentu ada
ulama yang berpendapat “tidak boleh “ atau “ Haram “. Jika
ada yang berpendapat jika sesuatu perbuatan itu “sah “ tentu
akan ada yang berpendapat “ tidak sah “ demikian seterusnya.
Perbedaan pendapat ini bukan saja dibenarkan keberadaannya oleh Nabi
sebagaimana diisyaratkan dalam sejumlah hadits. Tetapi bahkan harus
di pandang sebagai khazanah besar dan kekayaan hukum Islam yang harus
menjadi rahmat bagi umat seperti yang dikehendaki oleh Nabi dalam
haditsnya yang cukup populer “ PERBEDAAN (ULAMA) UMATKU ADALAH
RAHMAT ” serta di pegang teguh dan di realisasikan dalam kehidupan
nyata oleh umat islam generasi awal.
DR.
Lahmuddin Nst. MA, sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Propinsi Sumatera
Utara sendiri setelah mengeluarkan fatwa terhadap ajaran Hirfi
Nuzlan, dan lalu kemudian dikonfirmasi melalui Handphone oleh saudara
Zulfan Efendi sebagai Ajudan Mursyid Pengajian Babur Ridho, dan
Zulfan Efendi di dalam pembicaraan melalui Handphone, DR. Lahmuddin
Nst. MA, mengatakan dengan tegas terhadap Zulfan Efendi “
ini hanya perbedaan pandangan saja “
dan kemudian di tanya lagi oleh Zulfan Efendi “
perbedaan pandangan ko’ di katakan sesat..?! “
kemudian DR. Lahmuddin Nst. MA menjawab kembali “
kami hanya bekerja berdasarkan mekanisme “. Kalau
ini sudah dikatakannya sebagai perbedaan pendapat, kenapa tidak
dicabutnya fatwa tersebut, apa maksud dari semua ini…???
Kami sungguh sangat merasa heran, oknum-oknum yang duduk di MUI
Propinsi Sumatera Utara ini yang penuh dengan kearifan dan sangat
bijaksana menurut pandangan kami dan yang penuh dengan segala Titel
embel-embel kesarjanaan disiplin ilmu agamanya, kenapa jadi
keblinger/ lupa akan perbedaan pendapat itu adalah suatu rahmat, yang
ia sendiri menegaskan dari ucapannya di dalam pembicaraannya melalui
handphone serta di di dalam Hadits yang sangat populer itu telah di
diingkarinya sendiri. “ SUDAH DI
LUDAHINYA DIMAKANNYA KEMBALI “.
Ya Allah……. Siapakah sesungguhnya yang
sangat zalim itu, semoga Engkau dapat menunjuki hati kami ini.
Amin…Amin….Amin … Ya Rabbal
Alamin…..!!
Lanjutan
pembahasan
Karena
terlalu patuh dan taatnya saya kepada guru saya ( adab/ syarat
berjalan kepada Allah terhadap Syech di dalam berThariqat ), waktu
itu Tuan guru saya adalah Syech. Muhammad Ishak bin H. Muhammad
Nurdin, sehingga apapun yang di perintahkan nya dalam beramal ibadah
menurut aturan-aturan cara beramal ibadah yang telah di tetapkan di
Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi tanpa ada yang lain-lain maksud hati
ini hanyalah ingin mencintai Allah semata, dengan bekal pandu kepada
guru. Semua itu saya lakukan dengan sungguh-sungguh penuh ketekunan
untuk membersihkan dan membuang dengan sengaja kotoran-kotoran hati
ini, dengan harapan nantinya Tuhan meridhoi diri saya. (sebenarnya
kalau pertanyaan itu tidak saya jawab, kan tidak ada masalah, karena
pertanyaan itu sangatlah pribadi sekali antara saya dengan Tuhan
saya, namun saya tetap menjawab karena memandang dari segi adab sopan
santun yang baik (Hablumminannas).
Perlu
saya kemukakan sebelum saya memasuki Thariqat Naqsyabandi Jabal Hindi
ini sebelumnya saya telah mengalami sakit sejak dari Usia 15 Tahun
yaitu mengalami sakit secara Ghaib selama lebih kurang 21 tahun
lamanya. Dan didalam sakit itu, kegaiban selama 21 tahun pun saya
alami, saya selalu dibimbing dan diarahkan untuk tidak berbuat jahat,
dengan kata lain bimbingan itu amat terasa dan sungguh nyata saya
rasakan, yang diperintahkannya kepada diri saya adalah untuk
mengerjakan dan menegakkan sholat dan berbuat baik selalu, walaupun
sholat saya waktu itu masih berhamburan, alias berantakkan (hati dan
fikiran tidak ingat kepada Allah). tepatnya pada tahun 1981 dimana
setiap tengah malam saya terbangun dengan rasa penuh ketakutan yang
amat sangat dan jiwa yang tidak tenang, saya selalu dibangunkan oleh
sesuatu yang tidak terlihat oleh mata kasar saya, untuk mengerjakan
sholat malam (sholat
Tahajjud)
setiap malamnya, +
11 tahun lamanya dikerjakan, tanpa ada yang ketinggalan semalampun.
Karena setiap bimbingannya, arahannya selalu mengarahkan untuk
mengerjakan amal ibadah, berbuat baik, tidak boleh buruk sangka,
tidak boleh merasa sombong, tidak boleh ria, tidak boleh Iri, tidak
boleh dengki, tidak boleh bangga-banggaan dan lain sebagainya.
Itulah
yang selalu dibisikkanya ketelinga saya maupun langsung kedalam hati
saya. Dan karena takutnya serta gemetarnya Jiwa ini, maka kehidupan
saya selalu penuh di isi oleh hal-hal yang bersifat positif, walaupun
terkadang saya sering melanggar larangan-larangan itu, dan akibatnya
saya mengalami rasa sakit yang sukar untuk dilukiskan dengan
kata-kata. Tibalah suatu saat saya memasuki pengajian Thariqat
“QADARIYAH
“
di Titi kuning Gg. Asli, yang dibimbing oleh tuan guru SYECH
H. MUHAMMAD THOHIR,
dan guru saya itu mengatakan kepada murid-murid yang lain bahwasanya
diri saya dibimbing oleh suatu ilmu yang dinamakan dengan nama ilmu “
LADUNI
“
. Dan kemudian saya memasuki Pengajian Thariqat NAQSYABANDI JABAL
HINDI di Jl. Young Panah hijau Ling. III Kelurahan Labuhan Deli
Kecamatan Medan Marelan, dengan bimbingan seorang guru yang bernama
TUAN
GURU SYECH MUHAMMAD ISHAK BIN H. M NURDIN
pada tahun 1993,
tepatnya pada Tgl. 29 Augustus hari Kamis malam Jum’at, sayapun di
“ BAI’AT
“,
bersama dengan istri saya, dan sayapun beramal ibadah semakin gila
dan lebih banyak kehidupan sehari-hari di isi didalam ruangan kamar
dengan sajadah dan tasbih setiap saat dan waktu, sehingga untuk
keluar rumah bisa dikatakan tidak pernah kecuali ada urusan penting
dan urusan keluarga (mohon
ampun Kepada Allah, mohon maaf kepada sesama, bukan maksud untuk
memamerkan amal ibadah saya, tetapi sebagai pandangan dan gambaran,
jika kita beramal ibadah dengan bersungguh-sungguh bukan tidak
mungkin Malaikat Jibril bisa saja datang karena kesungguhan kita
beribadah dan tentunya atas kehendak dan karunia Allah yang besar itu
)
Dan ketika dalam beramal ibadah ditengah malam itulah Malaikat
Jibril
datang disebelah kanan saya, dan yang saya rasakan dengan bathin ini.
Dan diapun berkata kepada diri saya “AKULAH
MALAIKAT JIBRIL”
kemudian dia menawarkan berbagai macam tawaran untuk kehidupan
kesenangan dunia, dan saya berucap dengan ucapan “ ILLAHI
ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI
“ (maksudnya:
Ya Allah hanya Engkau yang kumaksud dan Ridhomu jua dambaanku),
dan setelah beberapa lama tidak juga beranjak dari sebelah kanan
saya, maka diapun akhirnya berkata: ”mau
dibuat susah, mau dibuat tidak bekerja lagi, mau dibuat tidak punya
apa-apa “,
dan sampai-sampai dia mengatakan kalau dibuat semiskin-miskinnya,
sehingga tidak mempunyai baju, tetapi lidah saya tetap berucap”
ILLAHI
ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI
“, dan dia mengatakan dengan tegas sekali lagi, “MINTALAH,
AKU YANG MENGATUR SAGALA ISI BUMI INI. MINTALAH SESUATU KARENA AKU
INGIN MENGHADAP KEPADA ALLAH, MINTALAH ” tetapi
mulut saya tetap berucap “ILLAHI
ANTA MAQSUDHI WARIDHOOKA MATHLUBI
“dan sambil menagis saya mengucapkan “ ENGKAULAH
YA ALLAH
“ dan akhirnya ia pun berkata: ”INILAH
DIA BARU ANAKKU “
terasa memeluk diri saya. Itulah kejadian secara singkat saya uraikan
wahai saudara-saudaraku, jangankan Malaikat Jibril, Tuhanpun turun
kelangit Bumi setiap malam. Apalah artinya Malaikat Jibril kalau ada
Allah yang mendampingi kehidupan kita, disetiap helaan Nafas yang
naik turun ini. Apakah saudara-saudaraku yakin bahwasanya Allah turun
kelangit Bumi setiap sepertiga malam itu….? Perlu diketahui bahwa
diri saya sejak mulai menjadi guru dan sampai detik saat ini tidak
pernah saya ucapkan dan saya katakan kepada murid-murid saya
bahwasanya saya selalu didampingi oleh Malaikat Jibril.
Yang saya tahu, diri saya selalu menyebut, bahwa Allah selalu ada
didekat diri saya dan selalu membimbing saya, mengarahkan dan
mengajari serta menunjuki diri saya untuk selalu mentauhidkan Allah
saja secara penuh dihati ini, begitu jugalah saya memberikan
bimbingan, arahan kepada seluruh yang berkeinginan untuk mengikuti
apa yang saya sampaikan dan ajarkan ini.
Jelas
sekali bahwasanya ajaran saya adalah ingin mentauhidkan sama dengan
MENGIKHLASKAN HANYA MENEGAKKAN AGAMA ALLAH. Yang menurut pandangan,
pemahaman dan keyakinan saya bahwasanya agama yang datang dari Allah
itu adalah RUH YANG BERSIH DAN
SUCI PADA AWAL MULANYA.
Agama itu adalah suatu peraturan menjalankan keyakinannya untuk
menuju kepada Tuhannya dan wajiblah mematuhi segala rambu-rambu yang
telah ditetapkan-Nya. Itulah sebutannya dengan HUKUM
FIQIH,
dan hati yang bersih dan suci itu adalah cahaya kebenaran dari Tuhan
letaknya dihati ( itulah yang di maksud dengan agama Allah ),
sedangkan Thariqat adalah jalan atau cara beramal untuk menuju kepada
Tuhannya
dengan cara mengosongkan hati dari hal-hal yang tercela dan
mengisinya dengan hal-hal yang mulia yaitu dengan Dzikrullah.
( Q.S Al insyiqaaq ayat 6 )
Dan
firman Allah SWT lagi yang artinya :
“ Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkankepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan
sesungguhnya Allah benar-benar
beserta
orang-orang yang berbuat baik“.
( Q.S Al ankabut
ayat 69 )
Hakikat
adalah kebenaran yang letaknya di hati orang-orang mu’min yaitu Ruh
ciptaan Tuhan yang selalu ingin dekat terus memandang hanya kepada
Allah yang menciptakannya yaitu Dzat yang Maha Suci dan Maha Agung
itu. Dan ma’rifat
adalah mutlak hanya urusan Allah semata (Haqqul
yakin),
jelasnya. Islam itu di bungkus di dalam 4 bab, yaitu antara lain
berbicara tentang :
- SYARI’AT (Hukum-hukum
fiqih yang harus kita patuhi atau taati dan jalani)
- THARIQAT
(Jalan atau cara beramal ibadah menurut petunjuk Mursyid yang
membimbingnya)
- HAKIKAT
(Adalah
hatinya didalam kebenaran yang datang dari Allah, itulah RUH yang
bersih dan suci pada mulanya. Itulah yang ingin digapai oleh seluruh
orang yang menjalani didalam berhakikat, tentunya dengan keridhoan
Allah jua).
4.
Sedangkan MA’ARIFAT
adalah keputusan Allah yang berlaku bagi siapa yang hendak
ditunjuki-Nya/ putus pengenalan dirinya, yang ada hanya wujud Allah
saja di dalam pandangan hatinya (Mussyahada
Thauhid).
Kenapa
MUI yang memutuskan Malaikat Jibril tidak turun lagi…? Dan
mengatakan tidak bisa seseorang didampingi malaikat Jibril…?
Sedangkan ada seseorang yang telah mengalaminya. Bukankah Allah
menghendaki bagi siapa-siapa yang dikehendaki-Nya…? Sesuai dengan
firman Allah (Q.S Al Buruuj 16). Fatwa MUI tidak berhak dan tidak
boleh untuk memfonis bahwa malaikat Jibril tidak turun, walaupun MUI
mengatasnamakan aqidah Islam, aqidah Islam yang bagaimana…? Islam
seperti apa…? Bukankah arti Islam itu selamat, selamat
apanya ? Yang jelas Islam
sebenarnya, atau Islam yang hakiki disisi Allah atau Islam yang
RAHMATAN LIL ‘ALAMIIN, sesuai
firman Allah Q.S Ali Imran ayat 19.
Disisi
berarti dekat, bisa pula penafsirannya disamping Allah, disayangi
Allah, dicintai Allah, atau dalam pelukan Allah, Yang jelas Islam itu
adalah kita telah sampai atau dekat kepada Allah, disisi Allah,
karena hati telah selamat
dari:
- Su’uzhon (buruk sangka) adalah pintu dari segala penyakit-penyakit hati.
- Iri hati
- Dengki
- Benci
- Dendam
- Sum’ah
- Ujub (angkuh,sombong)
- Riya (pamer)
- Hasud
- Khianat
- Bakhil (pelit, bedekut)
- Syirik (Menduakan Allah Ta’ala/ dihatinya ada yang lain selain Allah)
Dan
lain-lain penyakit hati yang bila tidak terbuang tidak bisa dekat
disisi Allah karena Allah itu Maha Suci, maka hati kita harus
dibersihkan atau disucikan terlebih dahulu barulah Allah datang
mendekati/hadir didalam hati kita karena kebersihan hati itu, seperti
firman Allah SWT ( Q.S Asy-Syam 9-10
).
Dan
didalam Ilmu Thariqat/ Tasawuf titik sentral ajaran bagi
murid-muridnya adalah lebih menekankan mengamalkan amalan-amalan
sunat yang dianggap seperti amalan wajib yaitu beramal ibadah dengan
menggunakan tasbih untuk berdzikir selalu dihati dan melatih Ruh/
jiwa agar selalu, setiap saat, setiap detik untuk berdzikir mengingat
Allah, itulah yang diutamakan dan perlu diketahui bahwasannya
orang-orang Thariqat/ Tasawuf tidak mengejar atau mencari atau
mengharap fadhilah-fadhilah pahala, karena orang ber-Thariqat/
ber-Tasawuf mempunyai kewajiban untuk membersihkan hatinya itu
terlebih aula (utama), dan syari’at berjalan sebagaimana mestinya.
Mereka mempunyai keyakinan bahwa bila hati telah terus-menerus
berdzikir kepada Allah (dawam),
Allahlah yang menentukan dan meletakkan Ruh yang bersih suci itu atau
telah fitrah kembali seperti semula berada disisi-Nya, karena bila
ada kesempatan untuk berada di sisi-Nya atau dalam pelukan-Nya, maka
untuk apalah surga ciptaan-Nya, itulah
Islam yang sebenarnya, hatinya lapang, tentram dan damai
( Q.SAz-Zumar ;22).
Perlu diketahui untuk umat Islam didunia
khususnya di indonesia bahwa: TAUHID ADALAH SEBAB DITERIMANYA IBADAH.
Sesungguhnya ibadah yang diperintahkan Allah itu tidak disebut ibadah
kecuali dengan mentauhidkan Allah SWT, karena itu ibadah menjadi
tidak syah jika disertai dengan syirik. Dan tidaklah seorang itu
disebut ’abd (hamba) Allah kecuali dengan merealisasikan tauhid,
mengEsakan Allah SWT semata dalam beramal ibadah. Maka barang siapa
beribadah kepada Allah, tetapi dia menyekutukan-Nya dengan yang lain,
maka tidaklah ia disebut sebagai ‘abdun
lillah (hamba Allah). Artinya:
mengingat anak, mengingat kerjaan, mengingat uang dan banyak lagi
selain dari pada Allah. Maka itulah yang di bilangkan syirik khafi.
Maka mentauhidkan Allah, ikhlas beribadah kepada-Nya dengan tanpa
menyekutukan-Nya dengan satu apapun adalah syarat diterimanya ibadah
disisi Allah, dalam pandangan ilmu
Thariqat dan ilmu Tasawuf.
C. Setiap kali pada dirinya ada hal-hal yang
tidak baik ataupun kesalahan yang dilakukannya Malaikat Jibril selalu
mengingatkannya.
(Point-point fatwa
MUI Nomor : 22/Kep-07/ MUI-SU/ VI/ 2006 )
Jawab
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan :
DR.
H. Lahmuddin Nst. MA, bertanya pada saya, pernahkah saudara di
datangi Malaikat Jibril ketika dalam beribadah….?. dari mana DR. H.
Lahmuddin Nst. MA, mengetahui bahwa pada waktu beramal ibadah diri
saya pernah di datangi Malaikat Jibril….? Dan untuk apa pertanyaan
seperti itu…..? bukankah pertanyaan itu pasti datang dari para
pendemo yang menyampaikanya….?
Jangankan Malaikat Jibril yang selalu
mengingatkan, kalau Allah pun langsung yang membimbing seseorang yang
ingin dibimbing-Nya, ditunjuki-Nya, dikehendaki-Nya apa keberatan
Bapak-Bapak yang duduk di MUI…? Kalaupun anggapan oknum-oknum yang
duduk di MUI Propinsi Sumatera Utara
4
: Tauhid untuk tingkat pemula dan lanjutan disusun oleh DR. ABDUL
AZIS BIN MUHAMMAD ALU
ABDUL
LATIF Hal 94-95
Bahwa
yang membimbing dan mengingatkan bila ada hal-hal yang tidak baik
ataupun kesalahan yang saya lakukan, maka Malaikat Jibril selalu
mengingatkannya bukankah itu suatu hal yang sangat baik sekali karena
mengarah pada hal-hal yang positif serta memerintahkan untuk
beribadah dengan syari’at yang dibawa oleh Junjungan Nabi Muhammad
SAW, sekali lagi bukankah itu hal yang sangat baik akan bimbingannya
dan didikan-Nya, jika Allah menghendaki-Nya, dan jika hal itu terjadi
pula kepada bapak-bapak di MUI ataupun kepada siapa saja yang
dikehendaki Allah, kan sebaiknya kita sangat bersenang hati dan
bergembira bahwasanya karunia Allah teramat luas kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Andaikan salah seorang dari Bapak-Bapak yang duduk
di MUI atau orang lain yang di dampingi Malaikat Jibril, apakah saya
atau orang lain juga berdengki hati atau iri atas karunia Allah SWT
tersebut….?. Apakah hal ini hanya
merupakan persoalan KEDENGKIAN HATI atau KEIRIAN yang menyebabkan
hati kita tidak dapat menerima kelebihan orang lain ataupun atas
ketidak LAPANGAN HATI kita atas karunia Allah terhadap seseorang yang
dikehendakinya, BUKANKAH INI YANG NAMANYA IRI HATI…???
tapi katanya KITA PEMELUK AGAMA ISLAM yang rahmatan
lil ‘alamin, apakah agama Islam
itu hanya dilihat dalam perbuatannya saja ..? atau ucapannya saja…?
BUKANKAH ISLAM ITU HAKIKATNYA LAPANG DADA…? Berarti
kalau kita marah, ataupun dengki, ataupun iri, ataupun buruk sangka,
berarti kita hanya Islam yang berselimut
dengan bertopengkan firman-firman Allah dan hadits saja,
SEKALI LAGI MA’AFKAN SAYA YANG LEMAH DAN HINA INI, bukankah ini
yang akan dilaknat oleh Allah tanpa kita MAU MERUBAH atau BERHIJRAH
HATI ini untuk benar-benar menjadi Islam yang hakiki di mata Allah,
bukan Islam yang hanya di pandang atau di lihat oleh sesama manusia
yang penuh dengan kemunafikan terhadap Allah SWT. Sadarlah dan
bertaubatlah segera sebelum terlambat.
Firman
Allah yang artinya:
”Dalam
hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakit mereka dan bagi
mereka azab yang pedih, Disebabkan apa-apa yang telah mereka
dustakan”.
(Q.S.
Al-Baqarah ayat 10).
Bapak MUI yang kami sayangi, kami cintai, dan
sangat kami hormati, janganlah TAKUT KEPADA MANUSIA ATAU KELOMPOK
MANUSIA ATAU ORGANISASI APAPUN ITU NAMANYA, TETAPI TAKUTLAH KEPADA
ALLAH SECARA IMAN YANG TEGUH DAN KUAT SERTA AQIDAH YANG TIDAK
BERGOYANG SEDIKITPUN.
Firman
Allah Swt yang artinya:
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai “.
(Q.S
Al-A’raaf ayat 179)
Tolong diresapi ayat diatas dengan keimanan
yang ada dihati, bukankah kamu tidak berfikir tentang ayat-ayat
tersebut yang sangat mengerikan…!!!
Aqidah
Imam Malik Bin Anas.
Al-Harawi
meriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa Imam Malik pernah ditanya
tentang ilmu tauhid. Jawab beliau: “
Sangat tidak mungkin bila ada orang menduga bahwa nabi mengajari
umatnya tentang cara-cara bersuci tetapi tidak mengajari masalah
tauhid”.
TAUHID adalah
seperti apa yang di sabdakan Nabi Saw “Saya
di perintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan La
ilaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah)”,
maka sesuatu yang dapat menyelamatkan harta dan nyawa (darah) maka
hal itu adalah tauhid yang sebenarnya. Tauhid
Itu adalah hati yang selalu memandang Allah secara khusyu’/
Ma’rifatullah.
Firman
Allah:
“Sungguh berbahagia orang-orang mu’min (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ di dalam shalat mereka”
(Q.S
Al-Mu’minuun ayat1-2 ).
Dan
Firman Allah yang artinya:
”Apakah
belum tiba waktunya bagi orang-orang beriman untuk khusyu’ hati
mereka untuk mengingat Allah dan apa yang di turunkan dari kebenaran
(Al-Qur’an), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang diberi
kitab sebelumnya (yahudi dan nasrani), maka panjanglah masa atas
mereka, lalu hati mereka menjadi keras .
dan kebanyakkan dari mereka fasik”.
(Q.S.
Al-Hadiid 16)
Jadi
Nabi Muhammad SAW memerangi orang-orang yang belum sempurna tauhidnya
di dalam hati, jadi bukan hakikat La
ilaha illallah di ucapkan dilidah
syari’at saja, tapi yang dimaksud Nabi SAW adalah diucapkan dengan
lidah syari’at di tasdikkan dengan hati, atau lebih jelasnya di
benarkan oleh hati, yaitu hatinya benar-benar melihat Allah SWT.
(Hati mengingat Allah, berdzikir).
Um
Hani r.a berkata: Nabi Saw bersabda:
“Kalimat
La ilaha illallah itu tidak dapat di kejar oleh lain amal, dan tidak
meninggalkan dosa (ya’ni tidak ada amal yang lebih besar dari
padanya, dan semua dosa dapat di hapus sehingga tidak ada sisanya).”
(
H.R Ibn. Majah).
Menurut
Mujaddid/ Guru Besar/ Mursyid
Drs. Syech. Muhammad Hirfi Nuzlan dalam menafsirkan ayat tersebut di
atas adalah :
Janganlah mengucapkan kalimat
La ilaha illallah
itu hanya di lafazkan oleh lidah saja, karena makna hakikat
sesungguhnya dari kalimat La ilaha illallah itu adalah kalimat
meng-Esakan Allah ta’ala di dalam hati kita masing-masing, karena
Tauhid itu bukan di lidah tempatnya, karena lidah dapat berkata apa
saja. Belum tentu selaras dengan hati
( kalimat
La ilaha illallah itu
di ucapkan di lidah, dan harus di benarkan di dalam hati), bukankah
kalau tidak selaras ucapan lidah dengan hati ini yang di sebut dengan
KEMUNAFIKAN yang amat nyata. Orang-orang munafik tempatnya pasti di
NERAKA JAHANNAM. Na’uuzuubillah
mindzalik
Jadi kalau hati ini sudah benar-benar tepat,
pas, dan benar di dalam mentauhidkan Allah saja semata-mata tiada
yang lain selain Allah, maka hati kita pastilah di pelihara, dijaga
atau hati kita secara gamblangnya sudah masuk ke dalam benteng Allah
SWT, jelas hati kita tidak akan tercemari oleh penyakit-penyakit
hati. Maka tiada dosalah hati itu/ ruh
itu kepada Tuhannya, alias hatinya kini telah kembali fitrah seperti
semulanya.

Tidak ada komentar :
Posting Komentar